Mohon tunggu...
Yulius Roma Patandean
Yulius Roma Patandean Mohon Tunggu... Guru - English Teacher (I am proud to be an educator)

Guru dan Penulis Buku dari kampung di perbatasan Kabupaten Tana Toraja-Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan. Menyukai informasi seputar olahraga, perjalanan, pertanian, kuliner, budaya dan teknologi.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Ma'bosara', Keunikan H-1 Perkawinan Warga Duri, Enrekang

13 April 2024   14:40 Diperbarui: 13 April 2024   17:30 653
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nasu Cemba, kuliner khas Enrekang. Sumber: dokumentasi pribadi. 

Hajatan perkawinan adalah sebuah bagian peristiwa bersatunya dua insan dalam sebuah ikatan perkawinan secara dah menurut adat, agama dan negara. Terkait hajatan atau pesta perkawinan, setiap daerah memiliki tradisinya masing-masing. Tradisi ini terkait erat dengan latar belakang kesukuan dan keagamaan yang dimiliki warga setempat. 

Perjalanan saya kali ini terkait dengan pesta perkawinan. Lokasinya bukan di daerah Toraja, melainkan jauh di dalam perkampungan kabupaten Enrekang. 

Bersama calon mempelai (tengah). Sumber: dokumentasi pribadi. 
Bersama calon mempelai (tengah). Sumber: dokumentasi pribadi. 

Adalah seorang rekan kerja ASN PPPK di sekolah yang akan  melangsungkan akad nikah dan pesta perkawinan esok hari. Ia berdomisili di kampung Simpin, Desa Rumbia, Kecamatan Baraka, Kabupaten Enrekang. 

Kami berangkat sekitar pukul 9.30 pagi melintasi perbatasan dia kabupaten, Tana Toraja dan Enrekang. Butuh waktu hampir 2 jam untuk mencapai kampung Simpin yang berjarak 57 km dari kota Makale, Tana Toraja. 5 kendaraan minibus mengangkut rekan guru dari SMAN 5 Tana Toraja untuk hadir lebih awal sebelum akad nikah dilangsungkan. 

Tamu duduk menghadapi meja jamuan. Sumber: dokumentasi pribadi. 
Tamu duduk menghadapi meja jamuan. Sumber: dokumentasi pribadi. 

Setibanya di kampung Simpin, kami langsung disambut oleh calon mempelai dan keluarganya. Mereka langsung mengatur parkiran kendaraan di jalan daerah yang sempit. 

Tak menunggu lama kami langsung diantar masuk ke rumah calon mempelai. Di ruangan tamu sudah berjejer tiga meja panjang dengan model duduk ala lesehan. Di atas setiap meja telah tersaji aneka makanan berupa kue basah  dan teh. 

Inilah yang dikenal dengan tradisi ma'bosara'. Meja berisi aneka kuliner dan penutup nampan yang menyerupai mahkota diyakini menjadi cikal bakal penggunaan istilah bosara'. 

Tradisi ini dipengaruhi oleh agama Islam dan kebiasaan suku Bugis. Hiasan ruangan kental dipengaruhi oleh pernak-pernik berkilauan dari kain khas Bugis-Makassar. Warna kuning keemasan mendominasi rumbai dan kain hiasan depan rumah hingga ruang utama rumah mempelai perempuan sebagai tempat jamuan bosara'.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun