Mohon tunggu...
Yulius Roma Patandean
Yulius Roma Patandean Mohon Tunggu... Guru - English Teacher (I am proud to be an educator)

Guru dan Penulis Buku dari kampung di perbatasan Kabupaten Tana Toraja-Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan. Menyukai informasi seputar olahraga, perjalanan, pertanian, kuliner, budaya dan teknologi.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Perjalanan Terberat Menuju Kecamatan Simbuang (Bagian 2)

27 Maret 2024   12:03 Diperbarui: 27 Maret 2024   18:34 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Longsor dan air terjun mini setelah hujan lebat di jalur menuju Simbuang. Sumber: dokumentasi pribadi.

Hutan dengan tumbuhan utama pohon pinus menghuasi sisi kiri dan kanan jalan. Tanah berpasir kombinasi rapuhnya akar pinus yang telah mati menambah tantangan jalur ini di kala musim hujan.

Air yang mengalir menuruni perbukitan menjadi pilihan saya menempatkan ban motor. Satu bongkahan batu besar teronggok di tikungan. Sekali.lagi. saya menengok ke atas mengawasi pergerakan tanah sebelum berlalu. 

Melewati tiga titik curam Talayo, dan memasuki jalur yang pernah dilebarkan  pada bulan November yang lalu. Kawanan kerbau liar kembali saya temui. Sejenak, berhenti lagi. Mengamati pergerakan mereka jangan sampai tiba-tiba berlari memotong jalan dan bersinggungan dengan motor. Semua kerbau berkelompok di sisi kanan jalan. Mereka menatap saya dengan serius. Mereka berdiri rapi seolah mempersilahkan saya untuk lewat. Jalan tanah agak becek kombinasi kerikil tapi tak sampai membuat slip ban. 

Kawanan kerbau liar. Sumber: dokumentasi pribadi.
Kawanan kerbau liar. Sumber: dokumentasi pribadi.

Entah kenapa ya, sebenarnya mulai gelap, tetapi efek kamera selalu membuat hasil jepretan foto cerah. Hehehe....

Saya memilih tak berhenti lama-lama. Pakaian sudah terasa basah. Belum ada satu orang pun berpapasan dengan saya. Sementara titik pertengahan melintasi Simbuang nanti di jembatan sungai Masuppu'.

Pada tempat di mana saya biasa berhenti, jalan yang sudah pernah dilebarkan, kabut sudah bersih dari pandangan. Deretan pegunungan yang akan saya lewati masih terlihat jelas. Basahnya pakaian yang tertimbun titik-titik hujan mengingatkan saya untuk segera melaju.

Satu kilometer sebelum mencapai sungai Masuppu'. Sunber: Dokumentasi pribadi
Satu kilometer sebelum mencapai sungai Masuppu'. Sunber: Dokumentasi pribadi

Saya sempatkan ambil foto, minum air dan memperbaiki posisi ransel. Perjalanan saya lanjutkan dengan sangat hati-hati menuruni jalur ke sungai Masuppilu'. Ketika hampir mencapai sungai, saya tiba-tiba berpapasan dengan satu pengendara motor. Kami sama-sama membunyikan klakson. Perasaan saya sedikit tenang. Ada yang melintas, artinya tidak ada longsor di depan.

Lampu motor benar-benar berfungsi ketika melintasi jembatan sungai Masuppu' yang lengang. Panjang jembatan sungai masuppu' sekitar 40 meter. Suara jeram sungai di bawah jembatan sangat keras. Artinya, ada kenaikan volume air karena hujan lebat.

Lalu, di ujung jembatan, tiba-tiba saya melihat seorang pria tanggung berambut gondrong sedang memandang ke arah selatan sungai Masuppu'. Apakah manusia atau bukan????

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun