Toleransi adalah tindakan yang sangat dijunjung tinggi saat ini di masa bulan suci ramadan. Warga negara Indonesia yang heterogen dengan latar belakang agama, suku dan kebudayaan yang berbeda-beda telah sejak lama menunjukkan nilai toleransi yang masih terpelihara dengan baik hingga saat ini.
Memasuki bulan ramadan bukan berarti berhenti atau libur dari pekerjaan, tugas dan tanggung jawab sehari-hari. Misalnya, sebagai guru, durasi waktu mengajar dikurangi 10 menit setiap jam pelajaran. Pengkondisian ini telah berlaku di provinsi Sulawesi Selatan.Â
Terkait dengan aktifitas guru yang tetap normal, maka hal ini terkait langsung pula dengan kegiatan guru pada Program Pendidikan Guru Penggerak (PGP). Program unggulan Kemendikbudristek ini sementara menyelesaikan pendidikan pada angkatan 9 telah memasuki Lokakarya 5 pada tanggal 16 Maret 2024. Kegiatan Lokakarya 5 ini memiliki kesan khusus karena dilaksanakan di tengah pelaksanaan ibadah puasa.Â
Memang tidak ada perubahan dari Balai Besar Guru Penggerak selaku penyelenggara. Meskipun memasuki bulan ramadan, semua agenda Pendidikan Guru Penggerak tetap berjalan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan.Â
Pelaksanaan Lokakarya 5 PGP Angkatan 9 Tana Toraja bertamabah istimewa lagi karena dilaksanakan di tiga ruangan kelas SMKS Pesantren Muhammadiyah Mengkendek, Tana Toraja. Dengan demikian, panitia lokal di lokasi adalah pihak pesantren.Â
Di masa bulan ramadan, kegiatan lokakarya tetap dimulai seperti jadwal normal, yakni pukul 8 pagi dan berlangsung selama 8 jam pelajaran. Setiap sesi kegiatan diatur seefektif mungkin sehingga cocok untuk teman-teman CGP Muslim.
Di kabupaten Tana Toraja, Lokakarya 5 dari jumlah 30 Calon Guru Penggerak Angkatan 9, terdapat 4 CGP yang sedang menjalankan ibadah puasa. Oleh karenanya, terdapat penyesuaian aktifitas demi menjaga toleransi. Pertama, CGP yang tak bisa menghindar dari rokok dan non Muslim, sudah memilih untuk ikut "puasa" beberapa jam dari rokok selama berada di lokasi lokakarya.Â
Pengeculian pada sesi coffee break dan makan siang, pihak pesantren tetap menyediakan snack, air minum dan menu makan siang. Bagi Calon Guru Penggerak dan Pengajar Praktik yang non Muslim, mereka tetap bisa menikmati makanan yang disiapkan dengan memperhatikan suasana tidak mengganggu ibadah puasa rekan Muslim dan pihak pesantren.Â
Khusus pada saat memasuki jam salat, CGP yang Muslim diberikan kelonggaran untuk menjalankan ibadah salatnya. Bersama tim dari BBGP Sulawesi Selatan, para CGP menunaikan ibadah salat di mesjid terdekat. Selain itu, ada pula penyesuaian di saat-saat tertentu ketika teman-teman CGP Muslim ingin istirahat sejenak dari kegiatan Lokakarya.