Harga beras saat ini masih relatif tinggi. Di berbagai tempat terjadi antrian warga yang berburu beras murah di pasar murah yang diselenggarakan pemerintah. Menurut para pakar, harga beras sulit untuk turun lagi.
Tingginya harga beras secara umum banyak berdampak bagi warga yang tinggal di perkotaan, khususnya warga kalangan menengah ke bawah. Akan tetapi, ada fakta menarik bahwa di daerah, khususnya yang ada di daerah pedesaan, tingginya harga beras tidak memengaruhi ketersediaan beras dan kebutuhan pangan warga di sana.
Petak-petak sawah tradisional yang kecil-kecil memanjang, tersusun rapi menyusuri lekuk-lekuk perbukitan. Petak sawah ini masih lestari oleh karena masih lestarinya hutan alamiah di jantung Kecamatan Rano. Memang di bagian timur kecamatan ini sudah mulai diramaikan oleh perkebunan palawija dan sayuran. Salut bagi warga di Rano Tengah yang masih memegang teguh norma-norma kehidupan dari nenek moyang mereka sehingga pepohonan dan hutan masih terpelihara dengan baik. Imannya, air mengalir sepanjang tahun meskipun kemarau mengairi petak-petak sawah mungil yang menyerupai cacing jika dilihat dari kejauhan.
Hari ini saya menyempatkan diri menyusuri beberapa kampung di Kecamatan Rano, Kabupaten Tana Toraja. Ada fakta menarik yang nampak jelas di depan mata saya. Hampir semua kompleks persawahan tradisional di sana bertumbuh bersama dengan tanaman jagung. Hamparan jagung yang masih hijau dan juga menguning daunnya terlihat di hampir seluruh wilayah Kecamatan Rano, khususnya di tempat-tempat terbuka.Â
Selain padi yang kini mulai ditanam warga, tanaman jagung menjadi sumber karbohidrat yang siap panen. Jagung ditanam di awal musim hujan. Lokasi tanam menggunakan petak sawah yang minim air. Hampir semua tanaman jagung warga Rano sudah siap panen. Oya, jagung ini adalah sumber karbohidrat utama warga Rano sejak zaman dulu.Â
Walaupun sudah ada padi yang masuk, tetapi jagung masih menjadi primadona warga di sana. Alasan utama jagung tetap menjadi primadona karena jagung adalah bahan baku makanan khas Rano yang dinamai Ka'mok dan Ba'te Laun. Secara historis pula, jagung adalah satu-satunya cara warga Rano bertahan hidup ketika dijadikan budak oleh penjajah Belanda dan Jepang dalam membuka akses jalan yang saat itu menjadi cikal-bakal jalan negara, yakni jalan trans Sulawesi yang melintasi Tana Toraja-Palopo/Luwu.
Dengan demikian, bisa ditarik kesimpulan bahwa warga Rano tak akan pernah mengeluh akan tingginya harga beras. Mereka pun tak ada yang pergi mengantri beras murah di ibukota kabupaten. Artinya, ada potensi menjaga ketahanan pangan yang disediakan oleh pola bertani warga di sana.
Sehingga, menurut pengamatan saya, hidup salah satu sub etnis Toraja ini tidak akan banyak mengalami kesulitan di masa beras langka atau mahal. Kondisi alam yang masih kondusif, tanah yang masih subur dan kepatuhan terhadap prinsip menjaga alam menjadi dasar kuatnya potensi persawahan tradisional tumpang sari jagung menopang kebutuhan karbohidrat warga dalam jangka waktu yang lama.
Padi bisa dipanen dua sampai tiga kali setahun. Demikian halnya dengan jagung. Kreatifitas warga wajib diacungi jempol. Dengan bekal pengetahuan tradisional, warga Rano bisa membuat ladang tumpang sari yang mengombinasikan padi dan jagung. Selain itu, ada pula kombinasi jagung dan kacang tanah. Tapi, tidak sebanyak tumpang sari padi dan jagung.