Dunia politik Indonesia semakin diwarnai oleh terlibatnya para pesohor dari kalangan artis. Selain bertarung di pemilihan kepala daerah, para ikon layar kaca juga ramai-ramai terlibat dalam pemilu legislatif. Kursi DPD RI dan DPR RI adalah dua tujuan mereka untuk menjadi wakil rakyat di parlemen.
Pada Pemilu sebelumnya, nama-nama seperti Rieke Diah Pitaloka, Primus Yustisio, Eko Patrio, Desy Ratnasari, dll sudah menghiasi kursi parlemen. Pada pemilu 2024 ini, jumlah artis yang akan duduk di parlemen sepertinya akan makin bertambah.Â
Bergabungnya para artis papan atas nasional ke partai politik tentunya memiliki posisi untung rugi. Pesona artis untuk menggaet suara pemilih bagi partai tentu menjadi alasan pertama mengapa pesohor negeri kita ini banyak diminati partai politik. Artis terkemuka dengan adanya basis suara di dapilnya sudah pasti memberikan angin segar buat partai pengusungnya. Di sinilah posisi untung dari kehadiran artis.Â
Di sisi lain, tentu ada pula ruginya. Kerugian bagi parpol dan bagi artis itu sendiri. Ketika artis ramai-ramai menyerbu parpol, maka proses kaderisasi partai terdampak. Dimungkinkan tak ada kader asli partai yang nantinya akan keluar sebagai calon pemimpin di daerah maupun caleg. Terkecuali jika artis bersangkutan memang sejak awal bergabung sudah bahu-membahu dengan kader lainnya membesarkan partai.Â
Sementara kerugian bagi artis adalah jika memang suaranya tak mampu bersaing. Politik butuh budget. Jika gagal lolos ke parlemen sudah pasti memberikan kerugian pribadi dari sisi finansial.Â
Selanjutnya, benarkah para artis benar-benar kompeten memperjuangkan aspirasi konstituennya kelak? Atau hanya sebatas menitipkan ketenaran sebagai publik figur untuk mendongkrak suara partai dan dirinya?Â
Saya berharap, para artis yang "ramai-ramai" masuk Senayan benar-benar mempertanggungjawabkan pilihan atas mereka. Tak ada salahnya mengikuti jejak politisi PDIP, Rieke Diah Pitaloka yang banyak membawa aspirasi rakyat di parlemen.Â
Tantangan berikutnya adalah para artis sebaiknya mengesampingkan peran sebagai artis dan lebih mengutamakan tugas sebagai wakil rakyat. Program yang dibawa pun sebaiknya yang memang dibutuhkan rakyat, bukan menonjolkan kebutuhan dunia artis.Â
Setiap artis memiliki potensinya masing-masing. Mereka sudah pasti membawa visi dan misi dari dapilnya. Sedikit lebih mudah barangkali bagi caleg artis yang menurut saya "aji mumpung" karena ketenarannya dan bertarung di dapil yang warganya rata-rata tinggal di ibu kota. Modernisasi kota tidak akan banyak menuntut "pertanggungjawaban" ke konstituen.Â
Sambil menunggu hasil resmi dari KPU, artis yang sudah berpotensi duduk di kursi Senayan sebaiknya mulai membangun konsolidasi dengan partainya agar program yang mereka bawa benar-benar membantu kebutuhan warga selama 5 tahun ke depan.Â