Onna umba mi mu nai torro to temo, Pong Abner. Anna apa tu jamaanmu? (Lalu, di mana kamu tinggal sekarang, bapaknya Abner. Apa pekerjaannya?)
Torro jio na' liu Morowali, mak'karruk-karruk bang mi ki' ka iko e. Disanga len na' i ma'jama dio perusahaan nikel. Ya anna iko umba bangko nai te' pirang attu? (Saya tinggal di Morowali, bekerja serampangan. Ya, saya bekerja sebagai karyawan di perusahaan nikel. Kalau kamu, selama ini tinggal di mana?)
Inde bang sia na' liu kampong mane e. Jio bang da' liu bara'ba' keallo. Anna pira mi tu anakmu? (Saya di kampung saja, bekerja di kebun. Sudah berapa anakmu?)
Ta'garan inde bangko pale' iko liu kampong baine. O tallu mo aku tu anakku, apa mesa' sia di tu indo'na to hehehehe. (Ternyata kamu karatan di kampung ya. Anakku sudah tiga, dan istri hanya satu hehehehe.)
Sambil meneguk sisa kopi terakhir di gelasnya, Pong Abner menyambung pertanyaannya kepada Indo' Lisa.
Eee...umba di iko na nai to anak jolomu totemo? (Ngomong-ngomong, anak pertamamu di mana sekarang?)
Mendengar pertanyaan Pong Abner, Indo' Lisa langsung berdiri dari tempat duduknya dengan wajah serius dan agak sedikit emosi.
Apa so' Polu', musanga da' ka iko penduanmo' kemuane? (Apa Polu', kamu kira saya sudah dua kali menikah?)
Pong Abner justru tertawa terbahak-bahak. Saya dan beberapa orang yang mendengarnya juga ikut tertawa.Â
Dengan masih tertawa, Pong Abner lalu melanjutkan kalimatnya.
Kukuadi, ya tu anak bunga'mu, umba mi na nai to temo. (Maksud saya, anak pertamamu di mana dia sekarang?)