Tanaman cengkeh pernah menjadi tanaman primadona di Tana Toraja, khususnya bagi warga yang berdomisili di Kecamatan Gandangbatu Sillanan (dulunya masih tergabung dalam kecamatan Mengkendek).
Kecamatan ini berbatasan langsung dengan Kecamatan Alla dan Kecamatan Curio, dua kecamatan penghasil cengkeh terbesar di Kabupaten Enrekang.
Dapat dikatakan bahwa ketiga kecamatan ini adalah penghasil buah cengkeh terbesar. Hingga kini, Kecamatan Curio masih menjadi wilayah dengan tanaman cengkeh paling subur di Enrekang dan banyak berimbas ke petani cengkeh di wilayah Tana Toraja.
Khusus di wilayah Tana Toraja, terdapat beberapa desa yang pekerjaan utama warganya adalah sebagai petani cengkeh. Desa/lembang dan kelurahan tersebut antara lain Kelurahan Salubarani, Lembang Betteng Deata, Lembang Garassik, Lembang Buntu Tabang, Lembang Buntu Limbong, Lembang Gandangbatu dan Lembang Pemanukan.
Ketujuh wilayah ini adalah tujuan para pencari kerja yakni pemetik cengkeh pada awal tahun 1990-an hingga 2015. Para pencari kerja yang lebih tepat disebut sebagai buruh petik berasal dari kampung-kampung lain di Toraja yang tidak memiliki tanaman cengkeh.
Sebagian besar para buruh petik berasal dari wilayah Toraja Bagian barat, beberapa dari Toraja Utara, Palopo, dan bahkan ada yang datang dari Pare-Pare.
Masa kejayaan cengkeh di wilyah Toraja adalah setelah era reformasi, yakni mulai tahun 2000 hingga tahun 2013. Sebenarnya, buah cengkeh sudah melimpah ruah di pertengahan tahun 1990-an.
Saat itu saya masih kelas 4 SD. Pohon-pohon cengkeh yang ditanam pada rentang tahun 1974 hingga 1986 telah menghasilkan buah. Istilah panen raya saat itu sudah ada.
Kedua orangtua saya pun beberapa kali mengajak saya ikut panen raya ke kebun cengkeh nenek. Cara membayar upah para pekerja atau warga yang memetik cengkeh adalah dengan cara bagi hasil.