Pernah mendengar itik palekko? Ini adalah nama masakan khas Kabupaten Pinrang di Provinsi Sulawesi Selatan. Sesuai dengan namanya, maka bahan baku utama kuliner andalan warga Pinrang ini adalah itik. Oya, itik sendiri adalah jenis unggas yang memang banyak diternakkan dan dibudidayakan oleh warga Pinrang. Hal ini tidak terlepas dari topografi dan wilayah kabupaten Pinrang yang sebagian besar terdiri dari lahan persawahan yang luas.Â
Menu itik Palekko adalah ikon kuliner kabupaten yang berbatasan dengan Provinsi Sulawesi Barat. Di sepanjang jalur Provinsi yang melalui daerah ini, terdapat warung-warung yang menyediakan itik palekko sebagai menu utama dan menu andalan. Setiap warung pun memiliki metode memasak itik palekko sehingga rasa dan kelezatannya pun ikut berbeda.Â
Berdasarkan pengalaman saya mencicipi itik palekko, maka yang paling baik sejauh ini adalah masakan itik palekko yang disediakan oleh warung makan Rifqah. Rekomendasi itik palekko di warung ini saya dapatkan dari rekan kerja di PGRI Kabupaten Tana Toraja yang pernah mengajak saya untuk singgah mencoba masakan ini beberapa waktu yang lalu. Warung ini terletak di jalan poros Pinrang-Enrekang, tepatnya di poros kampung Malimpung-Mallaga-Kabere. Warung yang berdiri sendiri di luar pemukiman padat Malimpung ini menawarkan sajian itik palekko dengan rasa yang tiada duanya.Â
Setelah menempuh perjalanan 3 jam dari kota Makassar menuju Toraja, memasuki kota Pinrang saya memang telah merencanakan untuk singgah lagi makan siang dengan menu utama itik palekko di warung Rifqah. Ini kali kedua saya menikmati itik palekko di warung dengan pemilik yang ramah dan murah senyum.Â
Hanya ada satu rumah bersebelahan dengan warung Rifqah. Suasananya asri dengan pohon-pohon rindang di samping warung. Lokasinya juga bersih. Inilah salah satu data tarik pengunjung untuk singgah. Bersih dan asri. Warung menyediakan meja makan. Tapi yang paling laris adalah dua pondok lesehan di samping warung. Saya juga paling suka menikmati masakan itik palekko di tempat ini karena angin yang berhembus mampu menghalau hawa panas kabupaten Pinrang.Â
Menu itik palekko yang menjadi andalan warung Rifqah tidak langsung disajikan begitu saja. Pelayan masih bertanya, apakah itik palekko-nya pedisnya standar atau ekstra. Saya memilih ekstra pedis. Lombok yang telah diblender pun ada yang disajikan tersendiri jika ingin menambah daya gebrak pedisnya. Sebagai orang Toraja yang dominan masakannya pedis, maka menjadi dasar pilihan saya untuk memesan itik palekko pedis.Â
Sekitar 10 menit menunggu, itik palekko pun tersaji di depan saya. Aromanya luar biasa. Langsung mengundang selera makan. Itik palekko yang dihidangkan juga masih hangat. Makin lengkap dengan nasi hangat.Â
Suasana sejuk pondok lesehan yang saya tempati pada akhirnya kalah oleh sensasi pedisnya itik palekko yang saya santap. Tambahan pula, nasi hangat berpadu dengan itik palekko hangat makin memancing bulir-bulir keringat menetes membasahi sekujur tubuh.Â