Makanan khas dan pokok setiap daerah berbeda. Mengapa bisa? Banyak hal yang bisa mempengaruhinya. Â Diantaranya, dipengaruhi oleh kondisi geografis daerah dan kearifal lokal. Inilah yang terjadi di wilayah kecamatan Simbuang, Kabupaten Tana Toraja. Jagung adalah makanan pokok warga setempat.Â
Kecamatan Simbuang terletak di daerah pegunungan. Topografi wilayah Simbuang dikelilingi oleh rangkaian pegunungan yang sambung-menyambung. Pusat kehidupan warga ada di tengahnya berupa lembah dengan hamparan sawah petak-petak kecil tadah hujan menyerupai sisir. Kondisi tanah yang tak memungkinkan menanam padi sepanjang tahun menyebabkan warga Simbuang lebih dominan menanam jagung sebagai sumber pangan lokal mereka.
Di sisi lain, akses jalan masuk ke wilayah Simbuang yang masih tergolong ekstrim turut berkontribusi akan sulitnya membawa bersa ke sana. Sehingga warga lokal yang membudidayakan padi bergantung pada musim hujan.Â
Jagung dibudidayakan warga pada lahan-lahan yang mereka buka di pinggir perkampungan. Pembukaan lahan biasanya dilakukan di musim kemarau. Pembakaran untuk pembukaan lahan jagung dilakukan hampir serentak di berbagai sudut-sudut kampung. Jadi, jangan heran jika tiba-tiba banyak asap membubung ke udara seolah ada kebakaran hutan.Â
Selain itu, warga Simbuang juga melakukan budidaya jagung di pekarangan rumah atau pada lahan kosong di sekitar rumah. Inilah alasannya sehingga banyak ditemui pagar-pagar pembatas jalan raya, pekarangan rumah dan kebun di wilayah Simbuang.Â
Oya, ketika sedang musim kemarau sawah-sawah dibiarkan begitu saja di Simbuang. Kenapa tidak ditanami jagung? Alasannya antara lain jika ditanami jagung, bisa habis dimakan oleh ternak liar seperti kerbau, sapi dan kuda. Kemudian, jika ada jenazah yang disimpan di atas rumah, maka tidak ada aktifitas bercocok tanam di sawah.Â
Pola kehidupan masyarakat Simbuang yang masih dominan menganut agama kepercayaan, dalam bahasa Toraja disebut aluk parandangan atau aluk todolo memberikan pengaruh besar akan peran jagung sebagai bahan pangan lokal. Jagung tidak sekedar sebagai sumber pangan, jagung juga memuat nilai kearifan lokal yang masih melekat kuat dalam perjalanan kehidupan masyarakat di sana. Jagung akan diolah menjadi makanan pokok warga Simbuang ketika ada keluarganya yang meninggal dan belum dikuburkan. Pemali bagi mereka makan nasi ketika masih sendang berduka, yakni jenazah masih disimpan di rumah. Jika jenazah disimpan selama 2 tahun, maka selama dua tahun pula kerabat dan masyarakat sekitarnya hanya makan nasi jagung.Â
Jadi, meskipun persawahan tradisional di wilayah Kecamatan Simbuang tetap dikelola, jagung tetap menjadi simbol ketahanan pangan di sana. Kearifan lokal yang masih melekat meninggalkan pengaruh yang sangat kuat terkait pola makan warga.Â