Mohon tunggu...
Yulius Roma Patandean
Yulius Roma Patandean Mohon Tunggu... Guru - English Teacher (I am proud to be an educator)

Guru dan Penulis Buku dari kampung di perbatasan Kabupaten Tana Toraja-Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan. Menyukai informasi seputar olahraga, perjalanan, pertanian, kuliner, budaya dan teknologi.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Dukungan untuk Istri yang Menyusui

15 Agustus 2023   12:26 Diperbarui: 18 Agustus 2023   09:15 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi istri menyusui. Sumber: pngtree

Memiliki anak adalah impian besar bagi setiap orang dan pasangannya yang telah menikah. Sama seperti yang saya alami di mana telah hadir dua buah hati dalam keluarga kecil yang kami bina. Kebahagiaan tiada duanya ketika anak-anak tumbuh normal dan sehat.

Dalam upaya mendukung tumbuh kembang anak, saya dan istri sepakat bahwa ASI adalah kebutuhan utama mereka. Dengan latar belakang istri adalah tenaga kesehatan, maka sangat mendukung dalam memaksimalkan pemberian ASI kepada anak. 

Sebagai suami yang mengikuti perjalanan masa kehamilan hingga proses persalinan istri, saya juga terlibat langsung dalam upaya memberikan dukungan kepada istri untuk memghasilkan ASI. Fisik istri sedikit kurus dengan kelainan pada salah satu payudaranya. Kelainan itu adalah kecilnya puting pada payudara sebelah kiri. Kondisi ini menyulitkan anak-anak kami selama masa menyusui. 

Terkait dengan kondisi tersebut, hal pertama yang saya lakukan adalah menyediakan susu suplemen pendukung kelancaran ASI berdasarkan rekomendasi dokter. Selain itu, saya juga menyediakan sayuran-sayuran yang diyakini mampu mendongkrak lancarnya ASI, seperti sayur bening buah pepaya muda, daun katu hingga beras merah.

Selama masa kehamilan istri, pepaya dan daun katu saya tanam di pekarangan rumah sehingga sudah bisa dipanen sebagai sayur ketika istri masuk masa menyusui. Sering kali pula, saya mencari dan meminta buah pepaya ke rumah tetangga. Di samping itu, saya bertindak sebagai koki masak untuk makanan istri lewat petunjuk yang diberikannya terkait seperti apa menu untuk mendukung ASInya tetap lancar. Intinya, saya banyak menyediakan sayuran-sayuran hijau yang mendukung kelancaran ASI istri. 

Pada dua bulan pertama kelahiran anak-anak kami, boleh dikatakan ASI istri melimpah. Sehingga, agar tidak terbuang, maka saya sediakan alat pompa ASI. Ternyata, ini sangat bermanfaat ketika istri ada tugas dinasnyang harus diselesaikannya di kantornya. ASI yang dipompa bisa disimpan dalam pendingin yang telah diatur suhunya untuk kemudian di berikan kepada anak pada waktu-waktu tertentu. 

Di beberapa kesempatan, saya mengantar istri dan anak posyandu. Kami menerima informasi bermanfaat yang memberikan pengetahuan akan perlunya pemenuhan ASI bagi anak kami. Bahkan saya sendiri yang membawa anak ke tempat pelaksanaan posyandu oleh karena istri masuk kerja lagi. 

Dari sepasang anak yang dikaruniakan sang Pencipta, mereka memiliki kesamaan dalam menerima ASI dari ibunya. Kesamaan itu ada pada durasi konsumsi ASI. Anak pertama laki-laki, hanya bisa menikmati ASI hingga usia 4 bulan saja. ASI istri berhenti setelah anak memasuki usia 5 bulan. Kejadiaannya unik. Saat itu, tahun 2014, saya memiliki pelatihan TIK dan fasilitator belajar di Surabaya selama 10 hari. Setelah 4 hari di Surabaya, anak tiba-tiba berhenti menyusu pada ibunya. Mungkin karena tidak ada rangsangan dari anak lagi, selang tiga hari kemudian, ASI istri juga berhenti. Hal yang sama terjadi pada anak kedua, perempuan. Memasuki usia 5 bulan, istri menerima vaksin Covid-19 pertama. Ternyata ada dampak dari vaksin tersebut. ASI langsung hilang setelah tiga jam selesai vaksin. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun