Mohon tunggu...
Ovianty
Ovianty Mohon Tunggu... Penulis - Freelance writer, blogger

Jatuh cinta pada dunia tulis menulis pada tahun 2007, dan memulai sebagai asisten penulis skenario sinetron anak di televisi. Beberapa karya dimuat di media massa dan majalah anak. Sejak November 2016, memulai menulis di non fiksi dan blog sampai sekarang. Si pemimpi yang masih harus banyak belajar.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Sosiologi Sastra Indonesia

7 November 2023   07:51 Diperbarui: 7 November 2023   09:15 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Karya sastra sudah mengakar lama pada nilai-nilai kehidupan dan budaya Indonesia. Sejak zaman dahulu, anak-anak dibesarkan dengan tembang nyanyian, pantun, gurindam, hakikat, dongeng, cerita rakyat, dan sebagainya. Banyak petuah dan pesan moral terkandung dalam karya sastra dikenalkan secara turun temurun. Berangkat dari realita kehidupan saat itu, karya sastra diciptakan dan tumbuh di masyarakat.

Berbicara mengenai sastra Indonesia tidak bisa lepas dari Prof. Dr. Andries Hans Teeuw yang lebih dikenal dengan Andi Teeuw, pakar sastra dan budaya Indonesia dari asal Belanda. Menurut beliau karya sastra Indonesia muncul pada tahun 1920. Pada saat itu, para penulis-penulis mulai menuliskan karya sastranya dengan bahasa Indonesia, dibandingkan sebelumnya menggunakan bahasa daerah.

Menurut Andi Teeuw :

"Pada tahun-tahun itulah untuk pertama kali para pemuda menulis puisi Indonesia. Oleh karena itu mereka dilarang memasuki bidang politik, maka mereka mencoba mencari jalan keluar yang berbentuk sastra bagi pemikiran serta perasaan, emosi serta cita-cita baru yang telah mengalir dalam diri (1980:18)

Pada saat itu novel-novel terbitan Balai Pustaka mulai bermunculan seperti novel Siti Nurbaya, karya Marah Rusli pada tahun 1922 dan novel Salah Asuhan, karya Abdul Muis pada tahun 1920.

Dari novel tersebut kita dapat mengetahui bagaimana keadaan masyarakat pada saat buku ditulis. Novel Salah Asuhan contohnya, pembaca dapat masuk ke dalam masa kolonial Belanda, melalui pergaulan kehidupan pribumi dengan orang-orang Eropa, lewat karakter Corrie dan Hanafi.

sumber gambar : balai pustaka(cover)
sumber gambar : balai pustaka(cover)

Sedangkan pada novel Siti Nurbaya, pembaca dapat melihat situasi dimana Samsul Bahri kaum pribumi direkrut oleh Belanda, untuk menjadi tentaranya, dan berperang melawan bangsanya sendiri, yaitu Datuk Maringgih, yang enggan membayar upeti kepada Belanda.

Karya sastra juga menjadi suara atas ketidakadilan yang terjadi pada zaman itu. Masalah poligami dan perjodohan di novel Siti Nurbaya, yang kerap terjadi di masyarakat minang.

Pada umumnya pengarang menciptakan karya sastra dari hasil pemikiran, pengamatan dan pengalaman penulisnya yang berhubungan biasanya dengan adat istiadat, kebiasaan, norma-norma masyarakat, peristiwa dan lain-lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun