Mohon tunggu...
Ovi Wulandari
Ovi Wulandari Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Mahasiswa Institut Agama Islam Negeri Jember

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Upaya Sekolah Dalam Mengimplementasi Sikap Inklusifitas dan Toleransi

20 Oktober 2020   19:33 Diperbarui: 20 Oktober 2020   19:41 277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG


Inklusifitas adalah usaha sadar seorang individu yang disengaja untuk menghargai semua kebutuhan mengenai keberagaman yang berbeda-beda dengan suka rela, ikhlas dan kemauannya sendiri, maupun baik mendapatkan dorongan dari orang lain yang memberikan keyakinan terhadap diri sendiri sehingga mau untuk melakukannya. Jadi inklusifitas ini merupakan sikap, perilaku, berfikir, empati dan tindakan seseorang untuk menghargai dan menerima kekurangan maupun perbedaan.


Toleransi adalah sikap dan perbuatan agar saling menghargai dan saling menghormati terhadap tindakan orang lain yang berbeda-beda karena dengan adanya sikap menghargai dan menghormati, maka perdamaian dan ketentraman akan tercipta dengan sendirinya selama tidak ada tindakan yang keluar dari batasan norma-norma dalam masyarakat. Semua manusia di dunia berbeda-beda dan beraneka ragam bahkan ada yang unik maupun nonunik, keunikan perbedaan setiap orang perlu kita hargai agar terciptanya keharmonisan dan kekeluargaan meskipun tidak sedarah.


Sekolah  merupakan salah satu lembaga tempat berproses kegiatan belajar mengajar bagi peserta didik dan pendidik yang dimana seseorang tersebut dapat menggali kemampuannya dan mencari pengetahuan dan juga wawasannya. Dalam sekolah terdapat guru sebagai orang tua kedua yang membantu peserta didik untuk menambah wawasanya sehinggga peserta didik mampu menjadi seseorang yang tau akan ilmu dan pengetahuan yang diperolehnya dari seorang guru. Sekolah tidak hanya untuk menimbah ilmu saja namun sekolah juga untuk menggali bakat dan minat yang dimiliki oleh setiap individu, oleh karena itu sekolah sangatlah penting untuk kehidupan manusia yang akan menjadikan berkualitasnya manusia dan pendidikan di Indonesia. Dengan bersekolah akan menciptakan generasi cerdas yang sangat berpengaruh terhadap kedepannya bangsa dan negara, maka oleh karena itu mari menciptakan generasi yang berkualitas dari sekarang.


Keberhasilan penerapan atau implementasi sikap saling menghargai dan menghormati satu sama lain merupakan suatu ukuran yang digunakan sebagai rambu-rambu seorang para pendidik untuk mengetahui seberapa keberhasilan pendidik dalam mengimplementasi sikap menghargai keberbedaan orang lain. Menurut kemendiknas ada dua jenis indicator keberhasikan yang dapat dikembangkan dalam menanamkan sikap menghargai terhadap para peserta didik, yaitu :
1. Indikator keberhasilan untuk sekolah dan kelas
Indikator di dalam kelas seorang pendidik bisa mengetahui keberhasilan peserta didik dengan cara mengamati ketika proses kegiatan belajar mengajar di dalam kelas. Seperti contoh seorang guru mengamati tindakan peserta didik dalam kegiatan belajar kelompok. Hal tersebut akan terlihat bagaimana keaktifan peserta didik dalam belajar bersama dan juga bagaimana peserta didik dapat mengajarkan materi yang susah terhadap temannya.
2. Indikator keberhasilan untuk mata pelajaran
Seorang pendidik juga perlu untuk memberikan penjelasan pembelajaran mengenai materi sikap saling menghargai dan menghormati satu sama lain agar peserta didik tau betapa pentingnya menanamkan sikap menghargai terhadap setiap perbedaan. Jadi seorang guru dapat menggambarkan perilaku efektif siswa dengan mata pelajaran yang diajarkan.


Sekolah dapat dikatakan berhasil dalam saling menghargai setiap perbedaan peserta didknya ketika tidak meletakkan siswa dengan berbeda-beda. Seperti halnya, diluar sekolah saat ini masih banyak sekolah yang membeda-bedakan peserta didiknya antara yang pintar dan kurang pintar. Hal tersebut sangat berpengaruh terhadap perkembangan peserta didik yaitu ketika siswa yang pintar di tempatkan di kelas unggulan dan siswa yang kurang pintar di letakkan dalam kelas regular sehingga siswa yang pintar semakin berkembang namun siswa yang kurang pintar lambat dalam berkembang, hal tersebut terjadi karena terkadang seorang guru lebih memfokuskan anak yang pinter dan peserta didik yang kurang pintar merasa lebih nyantai dalam belajarnya ketika temannya banyak yang tidak bisa jadi dia membandingkan dengan teman kelasnya yang sama-sama tidak bisa. Hal tersebut sering terjadi dalam pendidikan saat ini, Oleh karena itu pentingnya saaling menghargai dalam hal apapun itu.


Adapun contoh bentuk sekolah dalam mengimplementasi sikap inklusifitas yaitu pihak sekolah menyamaratakan kelebihan maupun kekurangan yang dimiliki oleh seseorang yaitu salah bentuk pembuktiannya adalah sekolah menerima seorang guru disabel yaitu  buta mata sebagai pengajar di sekolahan tersebut. Bentuk sekolah dalam mengimplementasi sikap toleransi yaitu sekolah islam merima guru yang beragama kristen sebagai guru bahasa inggris yang merupakan bentuk sikap saling menghargai dan menghormati terhadap toleransi beragama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun