Mohon tunggu...
ovic ahmad
ovic ahmad Mohon Tunggu... -

saya adalah setitik bintang di langit

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Renungan 2

3 Agustus 2012   21:41 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:16 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Tak terasa hari sudah menjelang pagi, aku masih di sini, diam tak beranjak dari kursi kesayangan ku, untungnya kopi dan beberapa batang rokok mild, masih setia menemaniku, menemani kegelisahan ku, kebingungan ku, atas apa yang terjadi tadi siang, siang tadi aku bertemu dengan seorang pengemis tua yang sedang menangis di pojok. Teras kantorku, di daerah pakubuwono, jakarta selatan. Tadinya aku hanya menarus selembar uang dua ribuan di kantong kresek lecek miliknya, tapi ketika sekilas aku melihat ada percikan air mata jatuh dari wajahnya, aku berhenti, lalu menunduk dengan perasaan iba, Aku diam sebentar, berusaha memahami apa yang sedang di alami ibu tua ini, lalu aku memberanikan diri bertanya kepada beliau, ibu menangis?,"kataku", ibu kenapa?, wajah tua yang dari tadi hanya menunduk, lalu pelan mengangkat wajahnya memandangku, ibu tidak apa-apa nak, "kata ibu tua itu", lalu kenapa ibu menangis?kembali aku bertanya, ibu baru saja di usiR sama petugaS tadi d persimpangan pasar mayestik. Dekat pasar, baru 3 hari ini ibu di pasar itu, sebelumnya ibu juga di usir di pasar blok m sama petugas, sebelumnya lagi ibu juga d usir di persimpangan lampu merah mampang, ibu bingung, ibu sedih, ibu harus kemana lagi, ibu sudah tidak punya keluarga lagi, anak-anak ibu sudah lama pergi meninggalkan ibu entah kemana, ibu bingung nak, ibu harus kemana, ibu mau tidur d mana, ibu mau cari makan d mana lagi, itulah sebabnyA ibu di sini nak. Pernah ibu minta. Tolong sama panti jompo untuk numpang tiduR di teras luar panti jompo itu, ibu justRu d marahi dan di usiR juga, ibu sedih nak, ibu hArus bagaimana, dan harus kemana,... Seketika itu juga. Nuraniku menjerit, menggelepar, terbang kesana-kemari, bingung, sedih,...dan harus bagaimana menyikapi masalah yang ibu tua ini alami, lalu aku teringat kepada teman lamaku, yang menjadi pengurus sbuah panti jompo di daerah ciputat, lalu aku telpon temanku itu menceritakan apa yang baru saja aku alami, alhamdulilLah teman ku bersedia menerima ibu tua ini untuk tinggal di panti jompo itu. AlhamdulilLah, dalam hati ku. Setelah selesai aku mengantarkan dan mengurus ibu itu, aku langsung pulang k Rumah. Selama perjalanan pulang aku terus berfikir, campur aduk, sedih, aku bertanya di dalam hati, "apa yang sedang terjadi di negerii ini". Sampai kapan pejabat negeri ini tidak berpihak kepada rakyat kecil, hingga ada seorang ibu tua di usir dan di usir, hanya mengusir tapi tidak memberikan solusi harus kemana dan bagaimana,.mungkin bukan hanya satu orang ibu tua, mungkin ada ratusan, ribuan atau mungkin jutaan. Ibu-ibu tua yang nasibnya tidak jelas seperti itu, ataukah para pejabat itu tidak punya ibu?... Wassalam,...

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun