Mohon tunggu...
ovic ahmad
ovic ahmad Mohon Tunggu... -

saya adalah setitik bintang di langit

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Waduk Pluit, Bercermin

15 Agustus 2013   17:43 Diperbarui: 24 Juni 2015   09:16 400
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Waduk Pluit

Kawasan Waduk Pluit, Jakarta Utara, yang sudah berubah menjadi lebih baik dipandang sinis warga sekitar waduk yang menolak direlokasi. Menurut mereka, perubahan tersebut tidak membawa manfaat karena masih banjir. "Bodo amat, mau dikeruk-keruk juga enggak peduli. Enggak ada manfaatnya juga, soalnya masih banjir," kata Kamiyati, warga Jalan Pluit Timur Taman Buruh, Penjaringan, saat ditemui Kompas.com, Kamis (15/8/2013).

(itulah sekelumit lontaran bernada sinis, pesimis dan masa bodo beberapa warga di sekitar waduk pluit), Mungkin ini sebagai gambaran Komunitas Kecil di Ujung Jakarta, atau mungkin ini sebagai gambaran dari Komunitas yang lebih besar lagi, bisa di katakan sebagian besar warga Jakarta masih memiliki pandangan yang sinis, pesimis dan masa bodo terhadap lingkungan, atau mungkin bukan hanya Gambaran tentang Jakarta, mungkin ini gambaran sebagian besar rakyat Indonesia. Mungkin,...Bukan berarti benar,. jangan tersinggung loh.

ini sekilas photo waduk pluit 8 bulan yang lalu

Waduk Pluit - Tahap Perbaikan

Aku bukan protes, bukan menyalahkan apalagi menghakimi orang - orang yang masih memiliki pandangan seperti itu. Karena kapasitas ku bukan sebagai hakim. dan aku memang bukan hakim.

Berfikir mudahnya seperti ini. Waduk Pluit, itu dahulunya memang di rencanakan dan di buat oleh belande, sebagai daerah tangkapan (resapan air hujan) akibat banjir besar di jakarta tahun 1918, oleh Bung Karno Pun Waduk Pluit tetap di jaga keberadaannya untuk maksud dan tujuan yang sama dengan belande, alias salah satu daerah tangkapan air hujan. sampai dengan tahun 70 an, waduk itu masih berfungsi normal dan memberikan manfaatnya untuk warga sekitar dan Jakarta. Ikan masih banyak, airnya jernih, banyak tanaman dan pepohonan yang di tanam di sekitar waduk pluit. dan ketika hujan pun banjir tidak separah sekarang. ini. Barulah di pertengahan tahun 70an beberapa wilayah di sekitar waduk pluit berubah fungsinya menjadi pemukinan modern dan area pabrik. yang secara otomatis sebagai salah satu daya tarik yang cukup kuat untuk mendatangkan kaum pendatang yang ikut bermukim juga di sekitar area waduk pluit. mereka sebagian besar bekerja di pembangunan perumahan elit dan pabrik itu. dan ketika perumahan elit itu selesai mereka sudah cukup betah untuk tetap tinggal di sekitar waduk pluit. mereka pun sebagian ikut bekerja sebagai buruh-buruh pabrik di kawasan itu. sebetulnya jika di lihat masalahnya dari alur sejarah tidak ada masalah sama sekali dengan perubahan dan perpindahan penduduk yang ada di sekitar waduk pluit. itu hanyalah efek dari moderenisasi yang terjadi di sekitar lingkungan waduk pluit.

Hanya konsekuensi dari moderenisasi yang tidak terkendali alias tidak terkontrol ini menimbulkan banyak masalah.

Masalah Pertama, Secara otomatis luas dari waduk pluit akan berkurang banyak, karena di rubah menjadi pemukiman modern, pabrik dan pemukiman liar. data pastinya mungkin para ahli yang lebih tahu. karena luas waduk berkurang banyak, berarti daya tampung air juga akan semakin berkurang. karena daya tampung air semakin berkurang, berarti air akan lebih senang berada di permukaan, alias banjir semakin tinggi.

nah pemerintah di wajibkan untuk mengatasi banjir di wilayah waduk pluit yang akan berefek di wilayah lainnya. bagaimana mungkin banjir akan berkurang jika area yang seharusnya di pakai oleh air hujan untuk istirahat sejenak di pakai oleh manusia yang menempati pemukiman modern, pabrik dan pemukiman liar. Mungkin tidak?. Saran dan Solusinya. ya pemukiman modern, pabrik dan pemukiman liar harus rela di relokasi ketempat yang memang di peruntukan untuk mereka bukannya malah mereka bersama-sama menjajah air. ya wajar toh kalau airnya melawan, namanya juga di jajah, pasti ada waktunya melawan.

Masalah Kedua, Sampah, seperti yang aku perlihatkan di photo di atas, begitu banyak sampah, sampai sudah menggunung, namanya juga sampah ya seharusnya di buangnya di tempat pembuangan sampah bukan di waduk, kalau mereka dan kita membuang sampah bukan di tempat pembuangan sampah, kasihan dong tempat pembuangan sampah, seperti tidak diperdulikan, padahal kalau sampah itu di buangnya di tempat pembuangan sampah, justru sampah itu malah semakin bermanfaat, orang-orang kreatif dan pekerja keras yang berada di tempat pembuangan sampah akan lebih mudah memilih dan mengelompokan sampah-sampah itu untuk di buat sesuatu yang lebih bermanfaat lagi untuk kebutuhan kita-kita. nah kalau sampah di buangnya di waduk, itu sama saja meremehkan keberadaan (eksistensi sampah), nah kalau sampah merasa sudah di remehkan, mereka akan melawan juga seperti air, dan mereka bisa bekerja sama, dengan air untuk melawan kita manusia, pasti kita juga sudah tahu, jika sampah dan air bergabung membentuk koalisi dan menyerang manusia, sudah pasti kita akan kewalahan di buatnya, karena senjata mereka semuanya adalah kelemahan kita. Penyakit kulit adalah senjata mainan mereka, kalau amarah mereka sudah naik, pasti penyakit - penyakit yang biaya berobatnya mahal akan di gunakan oleh mereka untuk menyerang kita. lebih parahnya lagi masa kita perang terus dengan air dan sampah, tidak inginkah kita berdamai dengan mereka dengan memberikan haknya kembali air dan sampah. masa sih sudah puluhan tahun kita tidak capai selalu bermusuhan dengan mereka. berdamailah dengan air dan sampah, buatlah mereka senang, pasti kita pun akan di buat senang oleh mereka....

Masalah ketiga,..dan seterus, nanti di lanjutkan lagi,...mau pulang kerja dulu...

salam

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun