Conflict Management in Social Life
Ovi Julia
200101010104
Mahasiswa Prodi Sistem Informasi Universitas Siber Asia
ABSTRACT
Conflict will never be separaeted from our lives as humans. Because conflict is also proof that we are still alive in this word. Life will continue to go on and change, this is also sometimes a place for conflict to grow. The emergence of a conflict can of course affect psychological life of a person. Understanding and managing a conflict is critical to succes in both personal and social life. Its part of the survival and life –saving skilss. Wall and Callister (1995:551) once stated that “At the interpersonal level an individual comes into conflict with others. As the name suggests, intergroup conflict is conflict between or among group. Interorganizational between or among organizations”.
ABSTRAK
Konflik tidak pernah lepas dari kehidupan kita sebagai manusia. Karena konflik juga merupakan bukti bahwa kita masih hidup di dunia ini. Hidup akan terus berjalan dan berubah, hal ini juga terkadang menjadi tempat munculnya konflik. Munculnya suatu konflik tentu saja dapat mempengaruhi kehidupan seseorang secara psikologis. Memahami dan mengelola konflik sangat penting untuk kesuksesan baik dalam kehidupan pribadi maupun sosial. Ini adalah bagian dari keterampilan menyelamatkan jiwa dan melangsingkan tubuh. Wal dan Callister (1995: 551) berpendapat bahwa “Pada tingkat interpersonal seorang individu mengalami konflik dengan orang lain. Seperti namanya, konflik antar kelompok adalah konflik antar atau antar kelompok. Konflik antar organisasi antar atau antar organisasi comes into conflict with others. As the name suggests, Intergroup conflict is conflict between or among groups. Interorganizational conflict between or among organizations.
- 1. PENDAHULUAN
Di dunia ini siapa yang mmengingnkan sebuah konflik. Tentu saja tidak ada yang menginginkan bukan ?. Ya, begitulah kiranya jawaban yang waras dan sangat benar. Tidak ada yang mau di hadapkan dengan konflik, karena sesuatu ini bukan lah sesuatu yang baik dan dapat mengakibatkan hal-hal yang buruk dan tidak menyenangkan. Faktor penyebab konflik adalah sesuatu yang tidak menyenangkan, seperti: kemarahan, ketakutan, kejengkelan, rasa bersalah, perasaan terluka, penyesalan, kecemasan, trauma, dan sebagainya. Hurlock (1980: 212-213) menjelaskan bahwa peningkatan emosi disebabkan oleh tekanan sosial dan menghadapi kondisi baru. Sebagai makhluk sosial kita tidak bisa hidup sendiri, artinya kita membutuhkan orang lain. Situasi ini harus kita manfaatkan, bagaimana kita bisa berinteraksi dengan orang lain tanpa harus menimbulkan konflik.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa perlu adanya manajemen konflik untuk membekali kita masing-masing agar menjadi manusia yang lebih efektif.
- 2. PEMBAHASAN
- Konflik didefinisikan sebagai suatu proses interaksi sosial di mana dua orang atau lebih, atau dua kelompok atau lebih, berbeda pendapat atau bertentangan dalam pendapat atau tujuan. (Cummings, PW 1986:41). Tidak berbeda dengan pendapat di atas, Aliajahbana, ST (1986:139), mendefinisikan konflik sebagai perbedaan pendapat dan pandangan antara kelompok masyarakat yang akan mencapai nilai yang sama. Banyak sekali yang mendefinisikan apakah konflik itu sebenarnya sama hakikatnya. Sebagaimana Folger At Al menyebutkan bahwa konflik adalah interaksi orang-orang yang saling bergantung merasakan ketidakcocokan dan kemungkinan gangguan dari orang lain sebagai akibat dari ketidakcocokan tersebut.
- Orang sering menganggap bahwa konflik adalah sesuatu yang negatif, berbahaya, atau sesuatu yang harus dihindari. Namun sebenarnya konfliknya tidak seperti itu. Konfliknya netral. Sebagaimana dikemukakan oleh Nicocetra (1997), bahwa bagaimanapun, konflik itu sendiri bersifat netral. Cara orang mengelola konflik, di sisi lain, merupakan indikasi kemungkinan hasil.
- Konflik dapat muncul dalam situasi sosial, baik yang terjadi dalam individu, antar individu, kelompok, organisasi, atau negara. Pendapat Deutch yang dikutip oleh Pernt dan Ladd (Indati, 1996) menyatakan bahwa proses mendapatkan konformitas pada individu yang mengalami konflik disebut manajemen konflik atau bisa disebut manajemen konflik. Yang akan dibahas pada poin-poin berikut.
2.1 Proses konflik