Mohon tunggu...
Ovan Setiawan
Ovan Setiawan Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Kangen teriak "Ayoooo!" tapi dari hati yang paling dalam │ @Ovansetia

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Memburu Fashionable Lewat Pakaian Bekas

27 November 2014   23:33 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:40 695
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1417080433198465414

[caption id="attachment_356484" align="aligncenter" width="560" caption="Christ, tampak fashionable dengan pakaian bekas import, ia memadukannya dengan vespa miliknya"][/caption]

Dharma Susilo (30) tampak membolak-balik jenis jaket di salah satu toko pakaian bekas hasil impor di daerah Ki Ageng Gribig, Kota Malang Senin (24/11). Ia tampak sangat teliti mengecek satu persatu jaket  dengan detail mulai dari kancing, resleting  hingga bagian saku.

“Mungkin sudah jadi kebiasaaan. Rusak sedikit itu sudah jadi pertimbangan bagi saya jadi membeli atau tidak. Selain soal mode sih,”  jelas pria yang berdomisili di Tumpang, Kabupaten Malang ini.

Dalam memilih pakaian bekas, pria yang membuka jasa persewaan alat-alat camping ini lebih condong ke arah model pendaki gunung. Dia menyebutnya dengan mountain style. “Tergantung selera, saya sukanya sih jaket gunung atau waterproff. Kalau gak di pakai ke gunung ya  enak buat sehari-hari,”.

Selain Dharma, ada Christanto (27), berbeda dengan Dharma, Christ, begitu ia akrab di sapa lebih  suka pakaian dengan gaya british. Seperti jaket parka, polo shirt, hingga pernik-pernik topi yang sejalan dengan tren casual. “Gak hanya enak dipakai, tapi juga harus mencerminkan tren. Arek Malang bilang kudu mbois,” ucap penghobi vespa tua ini.

Dibandingkan Dharma, Christ lebih teliti lagi soal memilih. Barang-barang branded merk luar negeri menjadi buruan utamanya. “Merk bisa jadi lambang gengsi, daripada baru tapi tembakan, ya mending bekas tapi ori,” ujarnya sambil terkekeh.

Alasan pakaian bekas tersebut dipilih, menurut Dharma lebih ke persoalan harga dan model yang bermacam-macam. Sekali hang out Dharma mengaku hanya menghabiskan uang sekitar 175 Ribu itu dia bisa mendapatkan tiga potong pakaian. “Kalau beli baru, segitu satu aja bisa masih belum tentu dapat,” tuturnya.

Bagaimana dengan kebersihan pakaian bekas yang mereka beli? Dharma awalnya juga mengaku ketir-ketir soal kebersihan, namun dia mengaku diyakinkan seorang kawannya tentang tips aman memakai pakaian bekas. “Ya, awalnya sih ketir-ketir. Tapi ada teman yang kasih tips khusus,”.

Dharma tidak langsung memakai pakaian yang ia beli dari toko bekas. Begitu sampai rumah langsung dia rendam di air panas yang dicampur dengan deterjen. “Kalau udah begitu kuman-kuman mati. Resikonya mungkin ya warna jadi agak pudar. Tapi pakaian impor kayaknya gak ngaruh. Kualitas masih bagus kok,” lanjut Dharma.

Setelah direndam dan di cuci bersih kemudian di jemur, Dharma masih harus menyetrika pakaiannya itu dengan Kispray yang ia yakini betul sebagai satu-satunya pelembut yang anti kuman yang menawarkan keharuman alami. “Kalau sudah pakai kispray saya yakin aman. Kuman pergi, yang datang ganti percaya diri,” ujarnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun