[caption id="attachment_356303" align="aligncenter" width="288" caption="Konsisten : Tarpin saat berada di tanjakan cinta, Gunung Semeru menjalankan aksi jalan mundur pada 26 Agustus 2013 lalu"][/caption]
“Aku tak mau membohongi diriku sendiri,” teriakIswahyudi (46) saat berada di Ranu Kumbolo, Gunung Semeru padaakhir Agustus 2013 lalu. Ucapan tersebut sontak mendapat aplaus meriah dari ratusan pendaki yang mengerubunginya,ia menjadipusat perhatian karenaakan melanjutkan pendakian dengan berjalan mundur.
Ucapan itu dilontarkan pria asal Tumpang, Kabupaten Malang tersebut usai melakukan doa bersama, ia di wanti-wanti oleh salah satu tokoh yang memimpin doa bersama tersebut agar jujur dalam menjalankan niatnya selain tanggung jawab terhadap diri sendiri namun juga kepada sang penguasa semesta.
Saya yang ikut berada di kerumunan waktu itu cukup terharu,Tarpin, begitu panggilan akrabnya adalah seorang pemandu wisata Gunung Semeru yang jarang di rumah. Saya mengenalnya sejak kecil, sebab kita bertetangga di Gg Pegadaian, Tumpang Kabupaten Malang. Rambut gondrong dan lobang di gigi depan ala Bimbim Slank, kerap membuat anak-anak kecil menjerit takut saat berpapasan dengannya di kampung.
Sekian lama, baru saya sadari bahwa dia memiliki catatan catatan fenomenal yang berkaitan dengan gunung.Rekor edan tersebut memang tidak tercatat di Museum Rekor Indonesia, namun bagi Tarpin bisa jadi merupakan catatan perjalanan hidupnya yang paling berharga yang berhak diketahui olehpendaki gunungdi seluruh dunia.
Meski terkesan acak-acakan, namun Tarpin memiliki landasan filosofis yang kuat. Baik tentang alam maupun tentang dirinya sendiri.Pernah suatu ketika, usai melakukan aksi jalan mundur di Semeru, saya bercerita tentang berita-berita media online tentang dirinya.Namun ada satu kata yang dia tampaknya sangat terganggu, yakni “menaklukkan” .
Bagi saya yang terbiasa menulis berita tentang sepakbola, hal itu bukanlah sesuatu yang aneh seseorang atau tim mampu menciptakan rekor, menang misalnya,itu bisa jadi adalah bahasa khas media.
Namun Tarpin memiliki pandangan yang berbeda tentang hal itu, dirinya tak ingin disebut sebagai penakluk gunung. Menurutnya gunung bukan untuk ditaklukkan, tapi untuk dipelajari dan di hayati. “Saya gak suka kalau dibilang penakluk gunung, saya dan gunung gak ada apa-apanya. Saya banyak belajar dari gunung,” ucapnya tegas.
Tarpin menolak bila kegiatan berjalan mundur dalam melakukan pendakian merupakan ajang eksistensi dirinya, ia mengatakan bahwa kegiatan yang ia lakukan lebih berorientasi kepada pesan moral terkait pelestarian alam yang ia suarakan bersama komunitas pecinta alam, Gimbal Alas.
“Kita tepikan dulu eksistensi, kita ingin orang melihat pesan apa yang kita bawa. Baik di Semeru maupun Rinjani kita tekankan kepada pendaki agar mereka selalu menjaga kebersihan,” tegasnya.
Lantas kenapa berjalan mundur menjadi pilihannya untuk menyuarakan pesan tersebut? “Kita sudah gunakan spanduk himbauan, tapi tetap saja tidak di gubris, jadi kita sentuh saja mereka dengan hati melalui aksi jalan mundur ini,”
Seperti halnya saat ada pendaki baru turun dari puncak Semeru dengan membawa kantong besar berisi sampah yang ia punguti sepanjang jalan hingga ia bawa turun kembali ke Ranupani.
“Hal itu menjadi contoh nyata. Itulah potret suasana di atas soal sampah yang berserakan. Di sisi lain ada yang peduli namun di sisi lain seperti yang tidak diharapkan,”
Catatan waktu Tarpin dalam menjelajah gunung hingga ke puncak memang sudah diragukan lagi, dia bisa lebih cepatdari rata-rata pendaki lokal lainnya. Bahkantak jarang di tantang adu kecepatan dengan pendaki gunungluar negeri. Ia pernah bercerita bahwa pernah bergerak lebih cepat memenangkanadu sprint dengan mantan pemain Arema, Chmelo Roman saat berada di lapangan Agrowisata, Kota Batu.
Di balik sisifenomenal Tarpin,dirinya adalah sosok yang sederhana dengan kehidupan yang bisa dibilang pas-pasan. Saat Semeru di tutup misalnya, ia mencari obyekan lain seperti membangun rumah kayu hingga makelaran. “Yang penting selalu ada hasil untuk anak istri,” ucapnya.
Berbagi Pengalaman Lebih Luas
Saat ini yang dibutuhkan oleh Tarpin bukan hanya bergerak lebih cepat, tapi juga sentuhan kreatifitas yang membuat banyak orang menoleh padanya. Bergerak di sektor pariwisata bukan hanya menjual jasa tapi juga memberikan informasi yang mengedukasi bagi wisatawan atau masyarakat luas.
[caption id="attachment_356306" align="aligncenter" width="300" caption="Saya saat berfoto bersama tarpin"]
Sederet pengalaman dibalik piagam dan medali yang di simpan Tarpin di buffet rumahnya, menurut saya bisa memiliki nilai lebih bila hal tersebut dibagikan kepada banyak orang.Berbekalkemampuan menulis yang masih di asah, akhirnya saya coba membangun web blog pribadiTarpin dengan sederhana.
Dalam blog yang beralamat di tarpinadventure.wordpress.comtersebut berisi tentang pengalaman-pengalaman Tarpin dan pendapat pribadinya yang akan saya gali ketika ngobrol santai dengannya.Banyak pelajaran dan obrolan yang menginspirasi yang patut untuk dibagikan berkaitan pengalaman di gunung yang bisa menjadi pelajaran berharga.
Jika suatu saat ada yang ingin menggunakan jasa Tarpin sebagai pemandu wisata setelah melihat blog pribadinya, menurut saya itu hanyalah bonus. Utamanya adalah mengenalkan lebih luas Tarpin dengan segala keunikan dan kelebihannya,bisa jadi ia adalah sisi lain dari keindahanyang ditawarkan oleh Taman Nasional Bromo Tengger Semeru.