Mohon tunggu...
Yoshua Sardjiman
Yoshua Sardjiman Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Lika liku perjalanan menjadi dokter. Enjoy! :)

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Jangan Banyak Tertawa Kalau Mau Jadi Dokter!

4 April 2013   17:10 Diperbarui: 24 Juni 2015   15:44 464
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Jangan banyak tertawa kalau mau jadi dokter!" Pernyataan ini keluar dari seorang dokter. Saat itu sedang berlangsung acara presentasi dan diskusi skala besar (1 angkatan) di auditorium kampus. Dia memarahi teman saya karena dia tertawa. Tertawa karena apa? Karena ada teman sekelompoknya yang jatuh saat akan duduk di kursi. Menurut saya, hal ini adalah hal sepele yang sebenarnya tidak perlu dipermasalahkan, mau tertawa atau tidak, hak masing-masing orang selama tidak mengganggu ketenangan.

Namun apa yang terjadi? Teman saya dipanggil ke depan dan dimarahi, kemudian disuruh melanjutkan presentasi dari kelompok yang di depan. Salah pilih sepertinya, teman saya ini adalah orang yang pintar sehingga "hukuman" tadi dijalaninya dengan sukses dan 1 angkatan bertepuk tangan dengan keras. Absolute WIN.

Mengapa kalau mau jadi dokter ngga boleh tertawa? Pertanyaan ini kerap muncul dalam benak saya. Seolah-olah memaksakan bahwa dokter itu harus selalu cool, tidak banyak bicara dan hanya bekerja. Dari informasi kakak kelas, dokter yang mengeluarkan pernyataan itu, dahulu lulus menjadi dokter dengan nilai yang sempurna, predikat cum laude. Tentunya, dari kondisi seperti ini kita bisa menduga bahwa ia seorang yang perfeksionis, sosok dokter yang pintar dan sempurna.

Harus se-cool itukah seorang dokter? Harus terlihat gagah di depan orang lain terutama pasien? Sedih sekali orang-orang yang tidak bisa tertawa untuk hal-hal kecil. Harus menahan gengsi di depan orang lain supaya terlihat gagah dan keren. Tentunya tertawa juga perlu memperhatikan batas-batas, seperti waktu dan tempat. Tapi sebagai orang-orang yang memiliki akal sehat, kita pasti tahu kapan kita harus tertawa dan tidak. Tertawa saat melihat teman yang jatuh dari kursi statis TIDAK SAMA dengan tertawa saat melihat pasien terjatuh. Namun ternyata dibanding-bandingkan dan dibilang bahwa kalau mau jadi dokter, jangan banyak ketawa. Siapa yang harus ditertawakan sekarang? :)

Tertawa adalah satu aktivitas yang paling saya sukai, karena ngga bayar, ngga repot, dan ngga mengganggu. Dengan banyak tertawa, maka kita akan menjadi relax. Dengan banyak tertawa, maka kita akan merasa bahagia. Dengan banyak tertawa, maka kita akan terlihat lebih muda (beneran lho). Maka, tertawalah selama kalian bisa, maka kebahagiaan kalian akan bertambah. Trust me! :)

Untuk jadi seorang dokter, tentu perjalanannya sangat panjang dan mengalami banyak tekanan. Banyak-banyak tertawalah selama menjalaninya, maka segalanya akan terasa ringan, beban seperti terangkat dan kita juga bisa bahagia. Ya, bahagia itu sederhana, cukup tersenyum dan tertawa. Sebagai orang yang humoris, saya sering membuat teman dan orang disekitar saya tertawa. Entah dengan mengejek orang lain, membuat lelucon tentang sesuatu, atau apapun lah yang dapat membuat mereka tertawa. Tentunya yang sudah terbiasa tidak akan sakit hati ataupun protes, malah membalas mengejek dan membuat lelucon lagi, sehingga kita semua yang terlibat bisa tertawa lepas. THIS IS HAPPINESS! Momen seperti ini yang sangat saya sukai ketika hangout bersama teman sejawat, rasanya seperti tidak ada beban, free!

Untuk rekan-rekan pembaca, mana dokter yang anda pilih ketika anda ingin berobat?

1. Dokter yang sangat pintar, dengan ekspresi datar, periksa dengan cepat dan cekatan, langsung kasih obat dan selesai

atau

2. Dokter yang biasa saja, dengan ekspresi ramah, periksa dengan pelan sambil berusaha membuat anda tertawa walaupun anda sedang sakit

Salam, semoga sehat selalu dan jangan lupa tertawa... :)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun