Mohon tunggu...
Sihombing Nugroho
Sihombing Nugroho Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

The Twin Brothers who want to share their stories. Daniel lives in Bandung, Indonesia, goes to ITB for school. Nugroho lives in Kanagawa, Japan.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Eli, Eli, Lama Sabakhtani

22 Maret 2013   13:09 Diperbarui: 24 Juni 2015   16:24 2113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Eli, Eli, Lama Sabakhtani?" Artinya: Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku? (Matius 27:46). Ini adalah salah satu dari tujuh perkataan Yesus saat di kayu salib. Memang seluruh perkataan salib sulit dimengerti, namun di antara semuanya, perkataan inilah yang menurut saya paling sulit dimengerti.

Saat menulis sebuah artikel di Kompasiana mengenai Keselamatan menurut Kristen dan Islam, beberapa orang menanyakan saya perihal ini. Mereka bertanya mengapa seorang Yesus mengucapkan perkataan tersebut. Saya tahu orang-orang tersebut berusaha menggiring kita pada kebingungan mengenai pribadi Yesus. Mereka berargumen kalau Yesus adalah Allah, mengapa Yesus mengucapkan perkataan itu? Itu berarti Yesus berkata kepada diri-Nya sendiri bukan? Atau siapakah Yesus saat di kayu salib? Apakah Dia adalah Allah atau manusia? Seperti itulah argumen mereka.

Saya berusaha memberikan jawaban yang tepat. Yesus sepanjang hidupnya, bahkan hingga di kayu salib, adalah 100% Allah dan 100% manusia. Inilah fakta yang harus diterima. Mustahil? Bagi Allah tidak ada yang mustahil (Lukas 1:37). Orang tersebut kemudian menanggapi, "Jadi Yesus berkata kepada diri-Nya sendiri dong?" Saya menjawab, "Ya, Yesus berkata kepada diri-Nya sendiri. Tapi dengan menerima fakta tersebut, ada konsekuensinya. Dengan Anda menanggapi seperti itu, Anda harus mempercayai bahwa Yesus adalah Allah." Orang tersebut kemudian mengiyakan jawaban saya.

Untuk lebih lengkapnya, teman-teman bisa melihatnya di sini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun