Mohon tunggu...
Mas Wahyu
Mas Wahyu Mohon Tunggu... In Business Field of Renewable Energy and Waste to Energy -

Kesabaran itu ternyata tak boleh berbatas

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Remeh, Tapi Media Salah Menuliskannya

15 Februari 2014   16:46 Diperbarui: 4 April 2017   17:23 2723
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Jumatan....," begitu pesan pendek melalui facebook yang saya terima siang ini. Si Pengirim pesan mengingatkan agar saya segera pergi ke mesjid. Memang hari sudah menunjukkan pukul 11.47 wib hari Jumat. Sudah waktunya saya harus berangkat ke mesjid untuk melakukan shalat Jumat dan mendengarkan khutbah. Di hari Jumat shalat siang hari tidak seperti di shalat di hari-hari lain, di hari Jumat shalat siang hari dilakukan wajib bagi laki-laki di masjid sekaligus diwajibkan juga mendengarkan khutbah. Rakaat shalatnya pun hanya dua, bukan empat seperti shalat dzuhur di hari-hari lain. Itu pemahaman pikiran saya terhadap pesan itu.

Kata bentukan "Jumatan" berasal dari kata benda "Jumat" dan akhiran "-an.” Sebenarnya akhiran “-an” dalam bahasa Indonesia yang resmi dilekatkan pada kata kerja sehingga membentuk kata benda. Misalkan kerjaan, tulisan, pesanan, kiriman dan lain sebagainya. Akhiran “-an” yang dilekatkan pada selain kata kerja akibat pengaruh bahasa Jawa dan bahasa Betawi, semisal asinan, mingguan, kamisan, jumatan, sepatuan, sayuran, temanan dan lain sebagainya.

Kata benda “Jumat” adalah serapan dari bahasa Arab yang untuk menyebut nama hari keenam dalam 7 hari kalender kita. Kata “Jumat”dalam bahasa Indonesia ada yang menulis dengan kata “Jum’at” (dengan tanda apostrof di antara huruf “m” dan “a”) dan kata “Jumat (tanpa ada apostrof).” Media masa arus utama pun ternyata berbeda-beda dalam menerapkannya, ada yang menulis kata “Jumat” misalnya detik.com dan kompas.com, sedangkan kata “Jum’at” digunakan oleh misalnya tempo.co, bahkan jika kita gunakan mesin pencari google ternyata dua-duanya baik “Jum’at” ataupun “Jumat” banyak ditemuka dan dipakai.


[caption id="attachment_312101" align="aligncenter" width="576" caption="Remeh, Tapi Media Salah Menuliskannya"]

13924321511621499032
13924321511621499032
[/caption]

Menggunakan tanda apostrof atau tidak menggunakannya memang tidak mengubah arti. Tetapi karena kata itu kata serapan maka dalam komunikasi yang resmi hendaklah menggunakan kata yang sudah di Indonesiakan. Lalu kata manakah yang benar menurut bahasa Indonesia? Jumat atau Jum’at?

Dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia tertulis kata “jumat” dalam menujuk hari keenam dalam hitungan menurut kalender Masehi, bukan kata “Jum’at” yang ditulis dengan apostrof.
Jadi kata yang baku dan resmi digunakan dalam bahasa Indonesia adalah “Jumat.” Sedangkan pemaksaan menjadi ditulis “Jum’at,” walaupun secara ucapan benar adalah salah, dan gejala bahasa ini disebut hiperkorek.

--------mw--------

*) Penulis adalah Jokowi Lover yang lebih cinta Indonesia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun