Mohon tunggu...
Mas Wahyu
Mas Wahyu Mohon Tunggu... In Business Field of Renewable Energy and Waste to Energy -

Kesabaran itu ternyata tak boleh berbatas

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kisah Mbak Ayu Penjaja Jamu dan Viagra

13 Desember 2014   15:23 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:23 291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14184336591750714909

[caption id="attachment_359216" align="aligncenter" width="485" caption="Mbak Ayu Penjaja Jamu Gendong"][/caption]

Sumber gambar

rinduku yang sudah tenggelam mendadak timbul
ingat dirimu yang ceking tak gembul
yang suka merangkul bakul
namun tak suka ngomong ngalor ngidul

wajahmu yang sudah surut sekelabat di benak muncul
dengan hidung mungil yang tersembul
berjingkat bak jalannya harimau tutul
di punggungmu bergolek jarit dan botol dalam bakul

oh si mbak ayu tukang jamu gendong
kemana saja kok lama tak tawarkan jamu pahit
oh si mbak ayu yang punya senyum tak sombong
ramahmu menjadikan rasa jamumu menjadi legit

oh si mbak ayu tukang jamu gendong
teriak tawaranmu bak bermohon tolong
nyaring merdu merayumu pun mendorong
pelangganmu tak segan merogoh kantong

oh si mbak ayu peracik jamu
minum adonan jamu alami tak ada jemu
rutin meminumnya menjadi sehat
katanya si nikmat menjadi rapat

oh si mbak ayu peracik jamu
sedap jamu bikinanmu lancarkan darah beku
rutin meminumnya beri khasiat hebat
jadikan si dia panjang berdiri sehat kuat

oh si mbak ayu penjaja jamu
perlahan racikan jamu alamimu
tergantikan obat berserak di pinggir jalan berdebu
iya itu disebut viagra pil berwarna langit biru

obat itu konon bangkitkan yang lesu layu
berdiri dalam singkat sekejap keras kuat
oh mbak ayu penjual jamu alami sehat
sebentar dirimu tinggal kenangan lalu

teringat lentik jemarimu mengaduk jamu di gelas adonan
kau denting pingir gelas dengan sendok satu ketukan
"jangan lupa baca doa sebelum meminumnya"
"agar khasiat jamu cepat bekerja merata"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun