Mohon tunggu...
Mas Wahyu
Mas Wahyu Mohon Tunggu... In Business Field of Renewable Energy and Waste to Energy -

Kesabaran itu ternyata tak boleh berbatas

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Australia Blingsatan dan Khawatir, Kapal Perang RI Dikerahkan di Perairan Perbatasan Indonesia Australia

2 Februari 2014   08:41 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:14 21616
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1391304745748694852

[caption id="attachment_309711" align="aligncenter" width="662" caption="Kapal Perang Indonesia dikerahkan ke Perairan Perbatasan Indonesia - Australia"][/caption]

Rupanya soal pembekuan beberapa kerjasama oleh Indonesia terhadap Australia akibat penyadapan memalukan yang dilakukan Australia, membuat Australia blingsatan seperti cacing kepanasan. Tidak hanya Julie Bishop Menteri Luar Negeri negara kanguru, bahkan Tonny Abbott juga menunjukkan hal yang serupa.

Setelah Indonesia membekukan tiga kerjasama dengan Austrlia salah satunya patroli bersama mencegah imigran gelap yang mencari suaka ke Australia. Kini Australia menuai peliknya masalah imigran gelap itu. Australia dituduh melakukan pemukulan dan penghinaan terhadap beberapa pencari suaka.

Vivanews (2/2/2014) menyebut bahwa tuduhan ini muncul setelah patroli Angkatan Laut Australia menggiring kapal pencari suaka ke pulau Rote di Indonesia awal Januari lalu. Beberapa pencari suaka yang diwawancara ABC News mengaku dipukuli dan dihinakan selama dalam penggiringan.

Dalam tayangan ABC News, seorang pencari suaka asal Somalia, Merke Abdullah Ahmed, mengatakan telah dianiaya tentara Angkatan Laut Australia. Dia mengaku dipaksa memegang pipa panas mesin perahu yang membawanya menyeberangi perairan Indonesia ke Australia. Kesaksian Merke itu direkam lewat video dan dipublikasikan oleh media Australia, ABC News. Saat ini mereka tengah menjalani pengobatan.

Berita itu dibantah oleh Julie Bishop di hadapan hadirin asal Amerika Serikat, pebisnis Australia, pemimpin bidang perdagangan dan mantan menteri senior di Pusat Studi AS di Washington DC, seperti dikutip oleh ABC News (22/1/2014)

Selain itu, Bishop juga seakan curhat dan mencari simpati dengan mengungkap kemarahan kepada Edward J. Snowden.

"Dia terus mengkhianati negaranya sendiri secara memalukan, namun di saat yang bersamaan bersembunyi di Rusia. Ini jelas mencerminkan sebuah pengkhianatan yang tidak terduga," tegas Bishop.

Di tempat terpisah, Perdana Menteri Australia Tonny Abbott juga naik pitam dan kembali menegur stasiun berita Australia, ABC, lantaran kerap membuat pemberitaan yang memojokkan pemerintahnya. Padahal, kata dia, ABC adalah media yang didanai oleh pemerintah.

The Guardian, Rabu 29 Januari 2014 seperti yang ditulis oleh wartawan politiknya, Daniel Hurst mengungkap bahwa pemberitaan yang dimaksud Abbott adalah soal penyadapan Badan Intelijen Australia (DSD) terhadap Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono dan tuduhan penyiksaan oleh tentara Australia terhadap pencari suaka. Pemberitaan-pemberitan ABC News terhadap Pemerintahan Abbott ini membuahkan dipotongnya anggaran TV Nasional itu.

Di sisi lain, Wakil Ketua Partai Buruh Tanya Plibersek mengatakan bahwa tayangan ABC adalah cerminan dari kebudayaan Australia yang kritis, dan terkait penyadapan juga masalah imigran pencauara suaka adalah ranah publik. Terkait pemotongan anggaran, Tanya mengingatkan bahwa Abbott saat kampanye sempat berjanji tidak akan memotong anggaran TV nasional.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun