Mohon tunggu...
Mas Wahyu
Mas Wahyu Mohon Tunggu... In Business Field of Renewable Energy and Waste to Energy -

Kesabaran itu ternyata tak boleh berbatas

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Ada Apa di Balik Emas Olimpiade 2020 Jepang?

16 Februari 2018   21:26 Diperbarui: 17 Februari 2018   09:26 948
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Reuters/Toru Hanai

Juga, Tiongkok menyadari bahwa kebutuhan akan gadget ponsel meningkat dengan pesat. Pabrikan ponsel setiap saat mengeluarkan update edisi terbaru dan tercanggih, sehingga  hal ini juga berarti sampah ponsel   out of date  meningkat dengan pesat.

Adam Minter (2017) menyebut "menambang" sebuah ponsel tua untuk emas atau logam langka lainnya jauh lebih murah daripada menggali tambang, terutama jika tenaga kerja murah dan pengendalian lingkungan terbatas. Produksi emas Tiongkok luar biasa: pada puncaknya, zona pengolahan limbah terkemuka di negara tersebut menghasilkan 20 ton emas dari elektronik lama setiap tahunnya. Itu kira-kira sama dengan 10 persen produksi emas bekas tambang USA pada tahun 2016.

Industri daur ulang Jepang tak mau ketinggalan, dengan dukungan Pemerintahnya, mereka mematok program jangka panjang untuk penelitian, beberapa perusahaan terbesar di Jepang bergerak untuk menggunakan teknologi di dalam dan luar negeri yang akan menggantikan beberapa sistem daur ulang berbiaya rendah dan polusi yang banyak digunakan di Tiongkok.

Sebagai contoh, Mitsubishi Material tak kurang menginvestasikan lebih dari USD 100 juta untuk pabrik "penyulingan" logam mulia yang ditujukan untuk elektronik dan - ke masa depan - baterai mobil lithium-ion. Awalnya, Mitsubishi akan fokus ke Jepang, namun akhirnya juga berencana membuka pabrik di Belanda, di mana akan berada pada posisi untuk mengelola setidaknya beberapa limbah elektronik Uni Eropa yang selama ini dibuang ke Tiongkok.

Tentu saja, penelitian dan investasi pada skala itu tidak murah atau berjangka pendek. Mitsubishi Material, untuk satu lain hal, tidak berharap untuk memiliki pabrik yang baru diumumkan beroperasi sampai tahun 2021. Namun begitu, bahan baku yang berasal dari pabrik tersebut akan diperdagangkan bebas di seluruh dunia. Produsen dari Tiongkok, yang sekarang terpaksa mengimpor bahan-bahan tersebut, akan menghadapi biaya yang lebih tinggi dan daya saing yang lebih rendah, sementara Mitsubishi dan Jepang menikmati keuntungan ekonomi dan lingkungan yang luas. Memang, prospeknya begitu cerah sehingga panitia Olimpiade 2020 pun mengatur medali emas, perak dan perunggu untuk Olimpiade dibuat dari limbah elektronik yang dihasilkan oleh Jepang.

Pada akhirnya, negara-negara maju saat ini tak lagi repot dan sibuk membuang sampah elektronik keluar negara mereka ke negara-negara yang masih tertinggal. Itu paradigna kuno, kini mereka berkepentingan pada sampah elektronik yang mereka produksi . Daur ulang adalah frasa kunci dalam hal itu. Dengan itu mereka mendapatkan logam mulia, selain memberikan solusi total pada sampah elektronik yang merusak lingkungan dimana mereka tinggal,

Bagaimana dengan Indonesia? Uraian alasannya cukup singkat dan penuh ironi: Indonesia bukan negara maju. Pemerintahnya pun tampaknya memandang masih belum perlu merilis kebijakan yang mendukung program daur ulang sampah, apalagi untuk berinvestasi. Mereka masih sibuk pergi kesana kemari bingung memikirkan siapa yang punya teknologi dan siapa yang mau membayar sampah mereka. Heheheh......., emang  siapa yang mau bayar sampah Indonesia yang masih dalam "level masalah"?

-------mw-------

Ditayangkan juga di Penatajam.com dengan judul "Di Balik Medali Emas Olimpiade 2020 Jepang yang Didulang dari Sampah"

Sumber gambar disini

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun