Mohon tunggu...
Mas Wahyu
Mas Wahyu Mohon Tunggu... In Business Field of Renewable Energy and Waste to Energy -

Kesabaran itu ternyata tak boleh berbatas

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Memahami The Kingmaker dalam Suksesi Gubernur Ahok

17 Maret 2016   12:15 Diperbarui: 17 Maret 2016   17:44 2088
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

The power that allowed him to topple two kings came from his immense wealth, extensive connections with other powerful people and his ability as a commander.It is from Warwick that we get the term, although he is simply the best example in a long line of historical figures who, while they were not able to take the ultimate mantle of power for themselves, were able to choose who did and so perpetuate their power and influence.

[Terjemahan bebasnya. Warwick berperan penting dalam penggantian Henri VI selama Perang Mawar dan penggantiannya oleh Edward. Namun, Warwick kemudian berbalik memusuhi Edward dan menumbangkannya, mengembalikan kekuasaan Henri. Dia (Edward, Red) terbunuh dalam peperangan, dan Henri mengambil kembali tahtanya.

Kekuatan yang menyebabkan Warwick bisa menumbangkan dua raja itu berasal dari kekuasaan Warwick yang amat besar, koneksinya yang amat luas dengan orang-orang berpengaruh dan kemampuannya sebagai panglima. Demikianlah, dari Warwick kita bisa mengambil istilah (kingmaker, Red) tersebut, walaupun ia benar-benar contoh terbaik dari orang-orang yang ada sepanjang sejarah --sementara orang-orang lain yang memberi contoh itu tak bisa mengambil kekuasaan puncak jubah kebesaran dalam genggaman tangan mereka-- bisa memilih orang yang mampu dan melanggengkan kekuasaan dan pengaruh mereka].

Singkatnya, Warwick (Richard Neville) karena pengaruh (kekayaan, hubungan politik dan jabatannya sebagai panglima) ia bisa menurunkan tahta Raja Henri VI dan menjadikan Edward sebagai penggantinya, kemudian Warwick menjatuhkan Edward dan mengembalikan tahta Raja Henri VI untuk melanggengkan kekuasaan dan kepentingannya, walaupun Warwick sendiri tidak mengambil tahta kerajaan untuk didudukinya.

Apa yang dilakukan oleh Richard Neville di Kerajaan Inggris inilah kemudian ia disebut sebagai the kingmaker.

Dalam konteks istilah sebagaimana yang dillekatkan pada Robert Neville itulah saya gunakan untuk menentukan siapa the kingmaker dalam fenomena Teman Ahok dalam suksesi kepemimpinan di Propinsi DKI Jakarta.

Propinsi DKI Jakarta dalam konteks kisah di atas seumpama Kerajaan Inggris. Raja Henri VI seumpama Gubernur Ahok. Presiden Jokowi seumpama Robert Neville (sama-sama mempunyai kekuasaan, hubungan politik dan sekaligus panglima tertinggi yang besar dan kuat). Sebelumnya Presiden Jokowi sudah melantik Ahok sebagai pengganti dirinya sebagai Gubernur DKI Jakarta, lalu karena masih ingin meneruskan kepentingan program-programnya yang belum selesai, Presiden Jokowi bisa jadi mengintervensi Teman Ahok untuk memberikan jalan yang mulus tanpa pengaruh partai manapun (Presiden ingin langsung berpengaruhi) kepada Ahok untuk menjabat kembali sebagai Gubernur DKI periode berikutnya (2017-2022). Jadi secara politis adalah logis saya melekatkan sebutan the kingmaker kepada Presiden Jokowi (bukan pada Prabowo Subianto atau Megawati Soekarnoputri) pada fenomena suksesi kepemimpinan di DKI Jakarta.

Jadi, Teman Ahok dan yang disebut oleh Herry FK elit Teman Ahok adalah sebenarnya sebagai salah satu alat politik yang digunakan oleh the kingmaker untuk melanggengkan kepentingannya di Propinsi DKI Jakarta. Istilah the kingmaker menunjuk tidak pada orang yang mengerahkan segala tenaga, biaya dan pikiran tapi ia harus mempunyai pengaruh yang kuat dan luas untuk menjadikan orang lain menjadi pemimpin, tanpa ia harus menduduki jabatan itu namun secara berkesinambungan kepentingan dan pengaruhnya terwakili oleh orang yang dijadikannya pemimpin itu.

Demikianlah yang saya pahami tentang the kingmakeryang saya gunakan sebagai pisau analisa untuk membedah dan memahami siapa yang paling berkepentingan dalam suksesi kepemimpinan di Propinsi DKI Jakarta.

Jika rekan-rekan ingin memahaminya lebih sempurna, saya sertakan tautan-tautan referensi dalam sumber bacaan. Semoga bermanfaat.

Salam sharing dan connecting. Salam Kompasiana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun