[caption caption="Tatkala Malaikat dan Iblis Menangis Bersama"][/caption]
Aku bergegas mandi keramas. Segera setelah itu aku raih celana bersih seadanya. Memakai baju secepatnya. Ah, sendal siapa ini? Aku pakai sajalah. Aku setengah berlari menuju masjid yang berjarak kurang lebih 150 meter dari rumah. Jumat siang pukul 11.54wib.
Azan pun sudah dikumandangkan. Aku melangkah masuk teras masjid dan berdiri berhenti sejenak karena ponselku berdering. Cepat kuambil, aku lihat nama Toshiaki Motoki muncul. Aku "reject" saja dan segera aku tulis sms "I am praying in the mosque for 30 minutes". Lalu dengan cepat aku pindahkan "profile" ke fitur "silent". Segera aku melangkah mencari tempat longgar di barisan ke empat dari mimbar. Aku pun bertakbir, khusyuk dalam shalat tahiyyat masjid.
Setelah salam pada tahiyyat akhir, aku salami orang-orang yang duduk di sebelah kanan dan kiriku. Aku pun duduk bersila sambil menundukkan kepala siap untuk tidur sementara khotib memulai khotbah. Aku melihatnya sekilas.
Berpakaian coklat lengan panjang dengan kopiah hitam ala Aceh. Sederhana. Tak ada selendang di bahu atau dilingkarkan di leher. Khotib itu memulai khotbahnya. Mataku pun terasa berat untuk tidak terpejam. Sliiiuutttt..........
"Malaikat dan Iblis pun menangis!!"
Aku terhenyak dari tidur sekejap. Aku mendongakkan kepala menatap sang khotib.
"Malaikat menangis tersedu-sedu di malam akhir Ramadhan."
Bulan dimana kasih sayang Allah yang ditebar untuk kaum mukminin!
Bulan di mana pintu ampunan Allah dibuka lebar-lebar!
Bulan dimana kasih sayang Allah dicurahkan.
Bulan dimana ada satu malam yang setara dengan 1,000 bulan.
Malam di bulan itu akan segera lewat dan berakhir."