Mohon tunggu...
Mas Wahyu
Mas Wahyu Mohon Tunggu... In Business Field of Renewable Energy and Waste to Energy -

Kesabaran itu ternyata tak boleh berbatas

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Antara Ant-Man, Comic 8 dan Waktu Shalat

26 Juli 2015   22:13 Diperbarui: 26 Juli 2015   22:13 874
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Antara Ant-Man, Comic-8 dan Waktu Shalat"][/caption]

Sumber Gambar Ant-man, Comic-8, Anak Shalat

Antrean yang memanjang siang hari itu. Tak heran. Hari libur, apalagi masih suasana lebaran. Semua orang datang ke tempat hiburan, setelah berlebaran dan bermaafan dengan sanak keluarga dan tetangga. Begitu juga aku. Aku memang ingin nonton film. Ant-Man. Sabtu siang itu aku termasuk salah satu pengantri di bioskop Margo Platinum jaringan 21-Cineplex di Margo City. Urutan paling belakang. Satu jam menjelang film yang kutonton "Now Playing".

"Abah, adek ingin nonton Comic 8 Part-1!," terdengar permintaan anak yang berdiri di antrian di depanku kepada orang yang lebih tua yang berdiri di sebelahnya.

"Ya!," jawab orang tua sebaya yang dipanggil "abah" itu singkat. Terlihat ia membetulkan letak kacamatanya. Aku yakin bahwa orang yang dipanggil "abah" itu adalah Bapak dari anak yang menyebut dirinya "adek". Taksiranku anak itu berumuran 12-an tahun. Baru tamat sekolah dasar.

"Filmnya lucu, Bah! Adek pernah nonton film Comic sebelumnya itu di tivi. Comic 8 pasti lanjutannya!" kata anak itu lagi menjelaskan, sambil meraih tangan kiri abahnya serta mendongak memandang wajah abahnya seolah menunjukkan keinginannya yang tinggi untuk menonton film itu dan tak mau ditolak.

Sekali lagi aku hanya mendengar jawaban singkat "ya" dari orang tua yang kutaksir umurnya mendekati 50-an tahun itu. Namun kali ini ada sunggingan senyum sambil memandang anaknya. Tampak ia juga mengusap lembut kepala anaknya itu. Ada senyuman puas dari bibir anak itu. Matanya berbinar. Ia berhasil meyakinkan abahnya untuk nonton film yang ia inginkan.

Kami terus berjalan selangkah demi selangkah mendekat pada konter pejualan tiket. Setelah 20 menit, akhirnya giliran abah-adek itu untuk membeli tiket.

"Comic-8, Tante...!" seru anak itu mendahului abahnya kepada petugas penjual tiket. Mbak penjual tiket itu memandang orang tua anak itu seolah meminta persetujuannya, begitu tampaknya. Orang yang dipanggil abah berkata singkat "ya" sambil mengangguk.

"Comic-8. Dua orang untuk jam tayang pada pukul dua lima puluh lima menit. Seratus dua puluh ribu ru.......," belum selesai si Mbak penjual loket itu berkata. Si anak itu menyela, "Yang main sekarang saja, Tante!"

Sambil tersenyum manis ramah Mbak penjual tiket itu berkata memberi informasi pada anak itu, "Sudah main 15 menit yang lalu. Sayang kalau terlambat, Dik!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun