Mohon tunggu...
Mas Wahyu
Mas Wahyu Mohon Tunggu... In Business Field of Renewable Energy and Waste to Energy -

Kesabaran itu ternyata tak boleh berbatas

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Membongkar Koalisi "Tenda Besar" Prabowo: Kesulitan Besar, Sinyal Kekalahan Prabowo Kedua?

16 April 2014   16:08 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:37 1513
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13976124851568127970

Angka perolehan 12% bagi Partai Gerindra memaksanya untuk berkoalisi dengan minimal dua partai, masing-masing partai papan tengah nilai perolehannya jika berkoalisi dengan Partai Gerindra, misalnya Partai Demokrat (9,43%) masih kurang dari angka minimal 25% agar bisa mengusung pasangan capres-cawapres. Demikian juga halnya jika koalisi dengan PAN (7,51%), PKB (9,12%), dan PKS (6,99%). Padahal semua partai papan tengah tersebut mematok untuk bisa mendampingi Prabowo yaitu sebagai cawapres. Pusing tujuh keliling dan menghadapi kesulitan besar tampaknya partai yang membenci Jokowi dan PDI Perjuangan ini.

Negosiasi akan berlangsung alot, karena semua partai papan tengah ingin tokohnya menjadi cawapres. Partai Demokrat karena tak ingin malu dengan peserta konvensi, SBY mematok cawapres, PAN Hatta Rajasa ingin juga menjadi cawapres karena ia menjadi menko saat ini, PKB dan PKS pun demikian adanya. Jika Partai Gerindra menjadikan Hatta Rajasa menjadi cawapres, Partai Demokrat, PAN dan PKS jelas tak akan mau menjadi partner koalisi, mendapatkan bagian menteri saat ini tidak strategis karena menteri aktif pun bisa disentuh KPK saat ini. Karena itu power sharing akan menjadi garing karena semua partner partai koalisi menghendaki cawapres.

Jika keinginan partai-partai papan tengah itu tidak diikuti oleh Partai Gerindra bukan tidak mungkin mereka akan membuat poros tersendiri sehingga "lapangan pekerjaan" pasangan capres-cawapres bisa terakomodasi di antara mereka. Kesempatan untuk menang bisa sama, jika poros tengah ini bisa memasangkan dengan tepat pasangan capres-cawapresnya. Dan tentu saja, lawan berat mereka adalah Jokowi.

Rakyat Indonesia sekarang sudah melek politik dan anti korupsi, mereka ingin melihat transparansi dan anti korupsi dalam platform dari partai-partai yang berkoalisi. Jika tidak sesuai dengan keinginan masyarakat. Jangan harap pasangan capres-cawapres itu mendapat simpati dari masyarakat. Ini faktor yang harus SANGAT diperhitungkan oleh pasangan capres-cawapres dari partai manapun.

Dengan demikian posisi Prabowo sebagai capres Partai Gerindra terancam tidak jadi, jika semua partner partai koalisi tak ada yang bersedia mengalah untuk tidak menjadi cawapres.

Jadi TENDA BESAR yang disebut oleh Prabowo dan Partai Gerindra untuk koalisi mereka adalah sinyal kekalahan Prabowo yang berikutnya. "Ah mengada-ada." Mari kita simak bersama panggung politik negara kita ini dengan seksama karena sinyal pertama kelingking-jempol sudah bekerja.

MERDEKA..!!

Tulisan lain yang layak Anda baca

Prabowo: “Saya Dipecat Pak Habibie,” Beranikah KPU Menolak Prabowo? Membedah Syarat Capres dalam UU 42/2008

Koalisi Minimal Ala Jokowi Dalam Sistem Presidensial Saat Ini, Efektifkah?

Kasus Prabowo vs Jokowi: Teori Membedah Public Figure Effect Pada Pileg 2014

-------mw-------

*) Penulis adalah Jokowi Lover yang lebih cinta Indonesia

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun