Sasaki secara teori adalah samurai terbaik di negeri Sakura. Pedangnya yang lebih sedepa bisa membelah burung walet yang terbang rendah memburu serangga di sawah-sawah sehabis panen. Tak jarang dia menyabetkan pedang pada setangkai bunga dengan potongan yang begitu sempurna. Saking sempurna sabetannya, embun di kelopak bunga itu tak bergeser satu milipun ketika dia memetik bunga dengan pedang panjangnya. Kehebatannya meruntuhkan nyali para lelaki dan menggetarkan dada para wanita belia.
Ketika berjalan pulang sambil menenteng bunga untuk menghiasi vas bunganya yang halus dan bercitarasa dia bertemu anak gembala yang sedang meniup seruling dari batang jerami di depan setangkai bungai.
'Hai gembala bodoh, apa yang kamu lakukan?'
'Aku sedang meniup seruling untuk bunga ini.'
'hahahaha dasar konyol dan bodoh. Tetap saja bunga itu akan layu dan rontok.'
'Bunga yang kau bawapun akan layu dan rontok.'
'Tetapi aku akan menjadikannya istimewa dengan memajangnya di vas bunga yang mahal.'
'Kau menyia-nyiakannya dengan tak memberinya kesempatan melayu. Hakekat bunga adalah layu, rontok, dan menjadi buah.'
(Withered and grow, sebuah keindahan)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H