Fotografi sejak lama telah menjadi seni. Dalam seni yang terpenting adalah rasa dan makna. Teknikalitas atau masalah-masalah teknis sampai pada tahap tertentu menjadi tidak relevan untuk dibicarakan.
Dalam fotografi, ketika sebuah foto telah menjadi foto yang ikonik dan bernilai seni orang tidak lagi berbicara tentang kamera apa yang dipakai, kecepataannya berapa, bukaan F-nya berapa, lensanya berapa millimeter dan seterusnya. Orang akan berbicara tentang makna dari foto itu dan rasa apa yang ditimbulkan dari memandangi foto itu.
Salah satu foto kabur yang terkenal adalah foto diri Bob Dylan yang menjadi sampul albumnya yang berjudul Blond on Blonde yang dikeluarkan pada tahun 1966. Foto ini diambil oleh fotografer Jerry Schatzberg.
Dalam fotografi kita juga mengenal istilah motion blur atau kabur karena gerakan. Kekaburan ini biasanya disengaja untuk menegaskan kesan bergerak dari subjek foto.
Foto kabur yang sengaja dibuat bisa dihasilkan dari kamera yang diam dengan kecepatan shutter rendah dan subjek foto bergerak. Efek kabur yang lain bisa dihasilkan dari teknik panning di mana kamera mengikuti gerakan subjek yang difoto.
Kekaburan foto tersebut terjadi karena pemotretan dilakukan di luar studio di kota New York yang dingin. Dia gemetar ketika mengambil foto itu.
Ketika sudah diproses dan dicetak sebenarnya ada foto-foto yang tajam dan tidak kabur tetapi Bob Dylan memilih foto yang kabur itu mungkin karena foto itu memberi sensasi 'rasa' yang berbeda dan orang akan bertanya-tenya tentang 'makna' kekaburannya.
Ketika teman saya mengambl data di perpustakaan saya keluyuran untuk memotret jalanan New York. Saya sudah berbagi cerita dan foto-foto yang tajam pada tulisan saya sebelumnya.
Ketika saya melihat-lihat lagi foto-foto jalanan New York saya yang kabur, kadang saya menemukan sesuatu yang baru, sebuah makna yang baru, meskipun seperti Jerry Schatzberg, foto-foto ini bukan sengaja dibuat blur.