Loper koran adalah orang yang setiap pagi mengantar koran ke rumah-rumah. Bagaimana nasib mereka lima atau sepuluh tahun lagi? Koran dan majalah online mulai menggantikan koran dan majalah cetak.
Saya memulai sebuah projek foto analog untuk mendokumentasikan pekerjaan yang hampir punah ini. Mengapa saya memakai kamera analog dan film 35mm? Jawabnya sederhana, karena ada kemiripan antara loper koran dan kamera analog, mereka tersingkir karena dunia berpindah ke sistem digital.
Karena masih semester 1 tentu belum ada tambahan keterampilan dari bangku kuliah yang bisa dijadikan modal untuk mencari uang. Maka ketika saya melihat lowongan menjadi loper koran saya sangat tertarik. Pekerjaan hanya dilakukan pagi-pagi sehingga tidak mengganggu kuliah dan modalnya hanya sepeda.
Dalam antrean yang duduk di sebelah saya rupanya sama dengan saya, anak kost yang butuh tambahan uang. Dia kuliah semester satu di jurusan Teknik Kimia di sebuah PTN di Jogja.
Saya tidak tega menghentikan langganan koran karena kasihan dengan pak loper yang setia mengantar koran ke rumah selama bertahun-tahun. Kadang dia datang ke rumah dengan anak dan istrinya kalau sedang meminta tagihan bulanan.
Popularitas kamera film analog tergeser oleh hadirnya kamera digital. Nasib kamera film analog menurut saya masih lebih baik dari nasib koran cetak. Banyak anak muda yang sekarang justru kembali ke dunia analog. Mungkin mereka sudah bosan dengan dunia digital yang serba cepat dan instan.
Beberapa perusahaan film sudah bangkrut tetapi masih ada sedikit yang bertahan. Sedangkan koran cetak banyak yang sudah tidak terbit lagi, menurut para penjual yang saya ajak ngobrol ketika saya memotret mereka. Pembeli koran juga tinggal orang-orang tua yang merasa lebih nyaman dengan dunia kertas.