Tiga K, kota, kamera, dan kartu adalah tiga hal yang membuat saya menikmati perkerjaan saya dan hobi saya 100%.
Hobi atau sesuatu yang disukai menjadi perkerjaan adalah keinginan kebanyakan orang. Katanya rasanya tidak seperti bekerja kalau kita mendapatkan uang dari pekerjaan yang kita sukai. Menurut saya, mencampuradukan pekerjaan dan kesenangan sebaiknya dihindari.
Dalam bahasa Inggris kita mengenal ungkapan -Don't mix business with pleasure. Saya lebih setuju dengan ungkapan ini. Mengapa? Kalau kita seorang yang adil maka kita hanya akan mendapatkan 50% kesenangan dan pekerjaan kita hanya akan mendapat 50% konsentrasi. Jadi dua-duanya tidak maksimal. Bagi saya akan lebih asyik kalau kita bisa menikmati keduanya dalam waktu bersamaan tetapi secara terpisah.
Saya tertarik memotret orang sehingga kota adalah pilihan saya. Kota entah besar entah kecil selalu dipenuhi manusia dengan karakter yang berbeda-beda.
Fotografi jalanan adalah kegiatan membekukan sebuah karakter yang unik dan menarik dari seseorang. Seperti mencuri jiwa seseorang dan mengurungnya dalam kamera. Pekerjaan saya terkait dengan pengembangan kerjasama nasional dan internasional sehingga saya bisa traveling ke banyak kota di dunia maupun di Indonesia.
Pekerjaan saya adalah bertemu dengan mitra kerjasama dan membuat kesepakatan-kesepakatan kerjasama sedangkan kesenangan saya adalah fotografi jalanan.
Jadi, saya tidak mencampur-adukkan perkerjaan saya dengan kesenangan saya, sehingga saya bisa 100% menikmatinya meskipun pekerjaan sayalah yang memungkinkan saya mendapatkan banyak kesenangan.
Bagi saya, kejutan yang menyenangkan adalah ketika saya menemukan toko kamera vintage di sebuah kota. Kamera mirrorless saya yang pertama yang bergaya vintage pertama kali saya temukan di kota Nagoya, Jepang.
Sejak itu, saya lebih banyak melakukan street hunt karena kamera mirrorless lebih ringan dan seri yang saya sukai adalah yang bergaya range finder dengan jedela bidik di sisi kiri kamera sehingga sewaktu memfoto mata kiri saya tetap bisa mengamati suasana sekitar untuk mengantisipasi frame berikutnya.
Saya  menemukan kamera kedua saya sebagai kamera cadangan di Bilbao, Spanyol waktu menghadiri sebuah pertemuan dalam rangka pekerjaan di sana.
Kejutan yang kurang menyenangkan adalah waktu saya menemukan toko kamera yang menjual kamera yang saya inginkan, tetapi saya ternyata tidak mempunyai cukup uang tunai.
Saya sengaja menghindari membawa uang tunai dalam jumlah besar saat traveling, karena selain tidak aman, kalau uang tersisa waktu kembali ke Indonesia saya akan kena charge penukaran lagi sehingga rugi dua kali.
Solusi untuk menangani masalah seperti ini adalah dengan mempunyai kartu kredit travel yang dapat diandalkan dan banyak keuntungannya. Seperti Kartu Kredit Citi PremierMiles misalnya, dengan menggunakan Kartu Kredit Citi PremierMiles, kita bisa mendapat beragam keuntungan dari berbelanja di seluruh dunia.
Kita akan mendapatkan 1 Citi Miles tiap bertransaksi Rp. 8.750,- di Indonesia dan Rp. 5000,- di luar negeri. Citi Miles ini bisa ditukar dilebih dari 60 maskapai penerbangan dan 5.000 hotel di seluruh dunia. Asyiknya lagi, Citi Miles ini berlaku selamanya alias tidak akan hangus.
Selain itu juga, saat berada di Bandara, pemegang Kartu Kredit Citi PremierMiles tak perlu takut merasa bosan saat menunggu jadwal penerbangan. Dengan menggunakan kartu kredit travel ini, Anda dapat menunggu dengan nyaman karena bisa menikmati fasilitas masuk Airport Lounge gratis di lebih dari 800 Priority Pass Lounge di seluruh dunia.
Kami terkurung di dalam hotel di kota kecil bernama Pahalgam. Terjadi konflik senjata. Beberapa tentara dan polisi India terbunuh, demikian juga banyak anggota militan yang berkeinginan memisahkan diri dari India.
Konflik bersenjata di Kashmir memang telah terjadi selama puluhan tahun. Ketika kami ke sana sebenarnya area itu sudah tidak ada konflik bersenjata selama sepuluh tahun dan dinyatakan aman.
Tetapi tiba-tiba saja suatu malam, seorang pimpinan militan yang masih muda dan populer tertembak. Hari berikutnya kerusuhan merebak dan semakin besar. Jam malam diberlakukan, semua kegiatan berhenti, toko-toko tutup, kegiatan ekonomi berhenti, bandara dan semua akses jalan ke bandara ditutup.
Kami seperti tahanan hotel karena tak bisa pergi ke manapun. Persediaan makanan di hotel mulai menipis. Sinyal internet sangat terbatas dan tidak ada sinyal HP. Akhirnya setelah dua hari terjebak di hotel di Pahalgam kami bisa meloloskan diri dengan bantuan seorang sopir lokal.
Perjalanan 4 jam paling berbahaya yang pernah saya tempuh. Kami berangkat tengah malam melewati daerah berjurang-jurang. Jalan yang sama yang menewaskan 12 polisi yang mobilnya disergap dan didorong ke jurang. Jalan penuh rintangan batu dan pohon tumbang yang sengaja dipasang untuk menghambat pergerakan tentara dan polisi.
Tanpa kartu kredit yang handal dan diterima di banyak negara tentu kita akan mendapat banyak kesulitan. Perjalanan saya ke Kashmir memang penuh kejutan yang berbahaya namun saya banyak belajar dan yang lebih penting juga, saya mendapatkan foto-foto jalanan yang tidak pernah saya dapatkan di tempat lain dan foto-foto (momen) yang tidak bisa diulangi.