Mohon tunggu...
Ouda Saija
Ouda Saija Mohon Tunggu... Dosen - Seniman

A street photographer is a hitman on a run.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Street Photography: Cafe, Warung, dan Restoran

24 Desember 2015   15:38 Diperbarui: 24 Desember 2015   15:55 286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Street photography adalah sebuah bagian dari fotografi yang sulit didefinisikan. Yang terpenting dari street fotografi adalah cerita dan jiwa. Banyak orang yang berbicara bertele-tele tentang teknikalitas dan alat, hal ini kadang menyesatkan. Kita memang perlu mengenal teknikalitas alat yang kita pakai supaya kita menggunakannya. Tetapi kita harus sadar bahwa kamera hanyalah alat. Tujuan utama dari street photographer adalah mengabadikan jiwa-jiwa yang berserakan di jalanan, bukan hanya jalan dalam arti harafiah tetapi juga dalam arti konotatif jalan dan perjalanan hidup.

 [caption caption="Sepi Sendiri di Angkringan "][/caption]Tulisan ini lebih berupa kisah fotografi jalanan meskipun akan ada sedikit teknikalitas fotografi yang akan saya singgung. Sebenarnya kalau kita paham ISO, kecepatan shutter, dan diafragma atau nilai F maka kita akan bisa memotret dengan apik. Latihan tentu saja akan menyempurnakan ketrampilan memotret.

 [caption caption="Menunggu Pesanan "]

[/caption]

Hal kedua selain masalah teknik, yang bisa kita pelajari dengan mudah, adalah masalah isi atau subjek foto. Karena street fotografi adalah tentang memoret jiwa maka kebanyakan subjeknya adalah manusia. Manusia-manusia yang saya pilih kali ini adalah yang sedang berada di warung, restoran, atau kafe.

[caption caption="Lelah Tertidur di Cafe"]

[/caption]Tempat-tempat ini saya pilih karena orang yang berada di sana biasanya perasaannya sedang tinggi, entah rasa senang, susah, sepi, berbunga-bunga, atau perasan-perasaan lainnya. Perasaan itu akan terpancar pada wajah, gerak tubuh, dan representasi visual yang lain. Dengan kata lain, mereka menjadi subjek foto yang bercerita.

 [caption caption="Kopi dan Kartu"]

[/caption]Sedikit masalah teknkalitas: biasanya saya memotret dengan cara candid di mana subjek foto tidak menyadari kalau dirinya sedang difoto. Biasanya saya meletakkan kamera di meja, atau pura-pura mengecek foto di kamera. ISO yang saya pakai biasanya antara 800 sampai 1250 karena kondisi tempat-tempat ini biasanya remang. Shutter speed berkisar antara 1/30 sampai 1/60 detik. Saya biasa memakai lensa vintage dengan manual fokus yang berbukaan lebar seperti lensa manual 105mm F2, 50mm F1.4, 55mm F1.2 atau 35mm F1.4.

[caption caption="Khusuk Memilih Menu"]

[/caption]

[caption caption="Sate Klatak Imogiri"]

[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun