Mohon tunggu...
Ouda Saija
Ouda Saija Mohon Tunggu... Dosen - Seniman

A street photographer is a hitman on a run.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Ingin Dipenjara

12 Januari 2010   05:25 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:30 229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_52620" align="aligncenter" width="300" caption="Yang Kenyang Makan Penjara dan Pembuangan"][/caption] Sebuah sandiwara satu babak. Sandiwara ini hanyalah rekaan belaka, kalau ada kesamaan nama dan link itu hanya karena sebuah kebetulan semata.

Tokoh-tokoh:

1.Siam: Seorang anak muda progresif yang bertani sayur dan buah-buah yang bercita-cita menjadi seperti novelis peraih hadiah Nobel yang menulis Animal Farm, George Orwell.

2.Dei Santana: seorang penyair yang selalu menenteng mesin ketik bututnya kemanapun perginya.

3.Jimimori: Seorang gitaris yang panggungnya sepanjang jalan, ingin menjadi seperti Jimmy Morrison.

4.Ray Mahir: gadis pengelana pengelola warung kopi Madura.

Setting:

Warung kopi Madura dipinggir jalan tempat mangkal para mahasiswa, seniman, tukang ojek dan berbagai jenis orang di pojok sebuah kampus.

ADEGAN 1: Tirai terbuka, suasana warung kopi saat lepas senja. Ray menyiapkan dagangannya, Jimimori memeluk-meluk gitarnya, Siam makan nasi bungkus, dan Dei di sudut belakang panggung menghadapi meja kecil, buku-buku dan mesin ketiknya.

Ray: Minum apa Bang Dei?

Dei: Kopi, kopi ramuan yang berasa Indonesia. Satu sendok teh kopi Mandailing, setengah sendok kopi lampung, sedikit saja kopi Jawa, setengah sendok Toraja. Nggak usah pakai gula.

Ray: Tumben nggak pakai gula. Susu?

Dei: Itulah Indonesia, masih belum manis ramuannya. Apalagi susu, ibu pertiwi sedang berduka jadi asam rasa susunya.

Jimi: Dasar peramu kata, mau minum kopi saja pakai berpuisi.

Siam: Erika!!! Aku menemukannya.

Jimi: Apa? Menemukan cara memaksa kambing mengaum di kandang singa? Sia-sia saudara. Kau lebih baik menemukan bagaimana kangkung yang kau tanam bisa menjadi obat. Jadi para sopir angkot yang makan sayur kangkung di warung tegal sana tidak menyeberang dan membelok sembarangan.

Siam: Ah bukan … pikiranmu selalu tentang jalanan. Kau tahu kan kalau aku ini nampaknya memang dilahirkan untuk jadi penulis besar macam George orwell. Menanam pisang dan papaya itu hanya sementara.

Jimi: Apa menemukan bangsat dalam nasi bungkusmu?

Ray: Hai..jangan sembarangan ya. Meskipun nasi bungkusku murah tapi bersih dan halal ya.

Siam: Aku sudah menemukan cara bagaimana menjadi novelis besar dan ternama. Sebesar Goerge Orwell atau paling tidak seperti Pramoedya.

Jimi: Bagaimana caranya?

Siam: M A S U KP E N J A R A.

Ray, Jimi, Dei: Hahahaha …

Ray: Hahaha … aku tahu, kau baru membaca berita sidak penjara di koran bungkus makan itu. Kawan Siam, penghuni penjara yang bisa punya karaoke itu hanya yang berduit. Kasus-kasus korupsi. Kau ini apa yang akan kau korupsi pupuk tai kambing boerawa? Hahaha …

Jimi: Siam … kalau kau sudah lelah menjadi petani, menjadi tulang punggung Negara, ikutlah aku. Acungkan jarimu kita ngRock dunia.

Dei: kalau kau sudah hilang akal, tanamlah kepalamu di tanah. Dan dari kaki-kakimu akan tumbuh malaikat-malaikat yang sayapnya patah.

Ray: hebat ya nasi bungkusku? Nasinya mengisi perutmu dan Koran bungkusnya mengisi otakmu. Walaupun otakmu jadi kacau dan tak bermutu.

Siam: Ah.. kalian ini tak paham. Untuk menjadi besar kita harus masuk penjara. Pakailah jas merah, jangan sekali-kali tinggalkan sejarah. Bang Dei, siapa negarawan terbesar kita menurutmu?

Dei: Yang memakai jas merah tentunya, yang tidak melupakan sejarah tentunya.

Siam: Nah, kau tahu kan? Berapa kali beliau dipenjara?

Ray: Ah … Siam, kau ini hanya freedom phobia. Kau takut dan ngeri atas kebebasanmu sendiri?

Bersambung …ke seri 2 sumber gambar

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun