Mohon tunggu...
majalah online ouchzine
majalah online ouchzine Mohon Tunggu... -

Sebuah Majalah Online untuk kamu-kamu

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menganalisa Kekuatan K-POP

13 September 2013   12:41 Diperbarui: 24 Juni 2015   07:57 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beberapa tahun yang lalu masyarakat Indonesia dibuat geram oleh kelakuan negara tetangga kita yang mengklaim beberapa hasil budaya kita. Tidak bisa dipungkiri memang ada negara-negara yang melakukan klaim secara sewenang-wenang terhadap budaya dari negara lain, demi meraih berbagai keuntungan, diantaranya menaikkan prestise dan menggenjot sisi kepariwisataan.

Untuk itulah, mutlak diperlukan sebuah kesadaran dari seluruh warga bangsa untuk turut melindungi, melestarikan dan mengembangkan budaya leluhur. Jika hal ini dilakukan dengan baik, maka negara kita akan semakin harum namanya sebagai negara yang berbudaya dan menarik banyak wisatawan.

Apalagi adalah suatu kenyataan yang tidak terbantahkan bila  Indonesia memang dikenal kaya akan hasil kebudayaan. Sangat ironis jika kita sebagai warga negara Indonesia tidak menjaga,melestarikan serta mengembangkan kebudayaan sendiri, lalu kemudian baru bersuara lantang ketika ada negara lain yang  mulai mengklaimnya.

Di tengah usaha dan upaya untuk melestarikan kekayaan budaya, kita melihat kenyataan yang cukup kontradiktif, di mana saat ini anak-anak muda, yang notabene sebagai penerus bangsa, lebih menyukai budaya dari luar negeri. Well,  sungguh kontradiktif memang tapi itu lah yang terjadi. Contoh yang paling nyata adalah demam K-Pop yang dalam tiga tahun belakangan ini menjangkiti generasi muda Indonesia.

Mengapa K-Pop yang notabene adalah produk budaya dari negeri ginseng Korea mampu menjadi sesuatu yang begitu digemari? Ada beberapa alasan, antara lain tampilan dan sajian dari K-Pop yang terlihat jauh lebih “keren” bagi mereka ketimbang kebudayaan negeri sendiri. Apalagi, khusus untuk lagu dan film-film Korea, banyak anak muda yang merasa para artis dari Korea itu jauh lebih menarik secara fisik.

cari 1000 perbedaannya

Memang artis Korea dikenal sangat cantik. Ga percaya, lihat tiga artis paling cantik asal Korea  berikut

1. Kim Nana

bukan Kim Jong Un ya

Atau yang ini

2. Yoona

Itu boneka atau manusia ya?

Tapi ini yang paling cakep

3. Siwon

Ciiittt Cuiiitttt

Banyak anak-anak muda yang suka begitu tergila-gila dengan para personelgirl/boy bandasal Korea, sehingga mempengaruhilife stylemereka. Kita ambil contoh “Gangnam Style.  Lagu dan tarian khas yang begitu mendunia itu, juga sempat menjadi primadona di Indonesia. Videonya meledak hanya satu hari setelah di-upload di Youtube. Jutaan orang terkesima dengan koreografinya yang unik dan melodinya yang kompak. Mulai dari tarian kudanya yang aneh tapi asyik hingga musik yang mudah mengalir di telinga menjadikannya salah satu video yang banyak diunggah oleh pengguna Youtube.

Batman aja cemburu sama PSY

Belum lagi mengenai girl band atau boy band-nya. Bahkan mungkin tidak sedikit abg Indonesia yang lebih hafal para personel SNSD ketimbang para pahlawan yang gugur membela negara. Apakah hal itu salah? Tergantung dari sudut pandang apa kita melihatnya, yang jelas K-Pop harus diakui sebagai sebuah produk budaya yang memang luar biasa.

Lantas, mengapa K-Pop begitu cepat berkembang? Mengapa Indo-Pop seakan merasa minder jika disandingkan dengannya? Oke, mari kita melihat sejauh mana kakuatan dari produk budaya asal negeri Lee Myung Bak itu

1. Unik dan kreatif

Tidak ada satupun yang bisa membantah jika para seniman Korea memang sangat unik dan kreatif. Para girl band dan boy band-nya mampu menampilkan sesuatu yang berbeda, jika dibandingkan dengan grup musik dari negara lain, Inggris atau Amerika misalnya.

2. Mampu menjangkau banyak kalangan

K-Pop juga bukan hanya melulu didominasi oleh musik pop. Di sana juga ada jazz, rock altenativ, rap dan sebagainya. K-Pop juga mampu menembus sekat-sekat usia, sehingga walaupun pangsa pasar mereka adalah remaja, tetapi tak jarang banyak orang dewasa dan anak-anak yang menggemarinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun