Pukul 01.01 Bram terbangun. Ketika terbangun. Bram menemukan sang istri sedang memainkan telepon pintarnya. Hmmmm. Usai ke kamar mandi Bram pun kembali tidur. Pukul 03.01 Bram pun kembali terbangun ntuk Sholat Malam. Bram pun masih melihat sang istri asik dengan telepon pintarnya.
Usai sholat ditegurnyalah sang istri. “Berhentilah. Matikanlah alat itu.” Dan istri pun diam saja.
Bram pun kembali tidur. Jelang subuh, Bram bangun ntuk kembali Sholat Subuh. Sang istri terlihat tergolek sambil memegang telepon pintarnya.
Bram pun bersimpuh di atas sajadah. Ini adalah perkawinannya hari ke 9855. Perkawinannya mulai goyang ketika Bram menjalin TTM dengan seorang perempuan yang dulu “dikutuknya” sebagai robot. Entah siapa yang memulai tetapi itu adalah kesalahan dari keduabelah pihak. Begitulah kesimpulan Bram dan sang perempuan waktu itu. “Ini salah,” kata Bram. “Setuju,” kata perempuan robot.
“Sudah aku kalkulasi. Aku hanyalah perempuan robot. Aku tak bisa memberi lebih. Aku hanya perempuan yang bila kau butuhkan maka aku ada. Tidak lebih. Hanya itu,” katanya tanpa sedikitpun ekspresi.
“Pulanglah. Go home. Semuanya akan terhapus ketika kau men- shut down aku,” katanya datar.
Pertemuan di bawah pohon besar ketika pertama kali mereka bertemu itu pun menjadi baris terakhir dari sinyal telepon seluler. Dengan kecepatan super, perempuan robot melesat pergi di berantah maya.
Bram pun menatap sang istri yang tergolek. Sudah terlahir enam mata dari rahimnya. Perempuan ini kalap ketika mengetahui Bram, TTM dengan perempuan robot. Dibalasnyalah oleh sang istri. Seantero jagad teman istrinya pun tahu mengenai Bram.
Sang istri berceloteh tak henti. Menebarkan keburukan Bram. Tangan-tangan Tuhan pun bermain. Suatu waktu ada acara keagamaan yang dibawakan oleh Mamah Muda di sebuah stasiun televisi membahas soal ghibah. “Orang yang menceritakan keburukan orang lain itu ghibah. Orang itu seperti memakan daging busuk,” ujar Mamah Muda.
Tangan Tuhan pun membukakan kembali pada Bram kalau sang istri memiliki teman lelaki. “Berhentilah. Itu tidak baik,” kata Bram. “Tidak dia hanya mengajakku wirid bersama-sama,” bela sang istri.
“Apakah istrinya tahu. Kenapa tak membimbing istrinya saja dan mengajak wirid istrinya saja kok malah mengajak kamu,” kata Bram. “Itu urusanku,” kata sang istri. “Kamu saja tidak pernah mengajariku satu batang Alif pun,” teriaknya.