Mohon tunggu...
OtnasusidE
OtnasusidE Mohon Tunggu... Petani - Petani

Menyenangi Politik, Kebijakan Publik dan Kesehatan Masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Lebar Lebaran

4 Juli 2016   00:39 Diperbarui: 4 Juli 2016   00:44 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar dokumentasi pribadi

Lebar dalam bahasa Jawa artinya sudah selesai atau ada juga yang menyebutnya dengan jembar yang artinya lebar. Dalam bahasa Palembang, lebar memiliki konotasi habis terkadang juga sudah selesai. Misalkan ada musibah kebakaran, maka kata lebar yang dipakai, adalah  “lebar galo”  yang memiliki arti sudah habis semua.

Dalam konteks menjelang akhir Ramadhan ini, tanggal 1 Syawal 1437 H ada yang menyebutnya dengan Idhul Fitri tetapi ada juga dalam kehidupan sehari-hari menyebutnya dengan lebaran. Bahkan ada lagunya  lo, “selamat hari lebaran, minal aidin wal fa idzin …”.

Entah aku juga dari dulu belum mendapatkan jawaban yang memuaskan. Kalau mendekati lebaran maka toko-toko akan ramai. Bahkan aku dulu waktu masih kecil, oleh almarhum bapakku, selalu dibawa ke Pasar Cinde untuk dibuatkan baju dan celana baru. Bapak lalu mengecat rumah dan juga pagar. Emak membuat kue, kalau ada bingkisan dari kantor  ya  diterima kalau tidak  ya  lebarannya  ya  biasa saja. Sederhana. Sholat Idhul Fitri di musholla dan kemudian jalan bareng mengunjungi kawan-kawan sekampung untuk bersilaturahim dan saling bermaaf-maafan.

Pada pola seperti ini, jelas permintaan akan meningkat drastis sedangkan penawaran walau sudah ditingkatkan stoknya masih juga kurang dan harga akan naik. Ini hukum sederhana di ekonomi. Telur, gula, mentega, terigu. Heeemmm silahkan dicek di pasar. Daging, orang sudah ribut sejak sebelum lebaran harganya  josss  gandozzz  melunjak.

Ada yang aneh, sebelum merayakan Idhul Fitri kita yang menjalankan puasa sebulan penuh, diperintahkan untuk membayar zakat fitra. Kadang ada juga yang juga menambahkan dengan zakat harta. Bahkan ada lagi yang menambah dengan sedekah.

Artinya, kita sebenarnya disuruh berbagi dengan orang miskin, fakir, orangtua, anak yatim piatu dan orang-orang lainnya yang membutuhkan bantuan secara ekonomi. Kita diminta untuk berbagi, mengurangi bukan menambah apalagi mengali untuk diri sendiri.

Bila pola biasa yang terjadi maka orang miskin, fakir, orangtua, anak yatim dan seterusnya yang membutuhkan bantuan ekonomi itu akan mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhannya. Mau beli telur, harganya sudah naik, mau beli daging jauh sekali, harga beras sendiri ada sedikit kenaikkan, mau beli gula untuk menambah rasa manis saja  nggak  kuat.

Jadi lebar  dong  bukan lebaran. Sebelum lebaran, lebar jadinya. Sehabis lebaran,  lebar galo.  Nah loh. Semuah habis-habisan jadinya. Mohon maaf tulisan ini hanya mencoba melihat lebaran dari perspektif yang berbeda.

Salam Kompasiana

Selamat Lebaran Mohon Maaf Lahir dan Batin

Salam KOMPAL

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun