[caption caption="Stadion Gelora Serame Lahat"]
[/caption]Kalau menonton sepakbola liga-liga eropa, memang bikin iri. Apa nggak iri. Lah lapangannya bagus. Rumputnya itu loh yang bikin enak dilihat bila disorot kamera dari jarak jauh. Apalagi memang permainan mereka memang sangat bagus. Umpan lambung, umpan pendek, variasi serangan dan akrobatik individu mereka bikin decak kagum. Jangan langsung dibandingkan dengan kita ya. Kita memang masih perlu belajar banyak.
Nah, ngomong-ngomong soal lapangan, ternyata untuk menghijaukan rumput saja ternyata susahnya minta ampuuuunnnn. Ada beberapa yang sulit diantaranya mencabuti rumput liar seperti putri malu dan rumput liar lainnya. Lapangan seluas itu kan kalau tidak memiliki rasa memiliki akan susah menjadi ijo royo-royo. Belum lagi, kalau ternyata ada tanah yang cembung menampung air hujan, ini harus ditandai dan dibuat supaya menjadi rata dan tidak lagi menampung air hujan.
Di bawah mistar gawang dan di area kotak pinalti biasanya merupakan tempat yang rumputnya cepat rusak karena selalu diinjak-injak oleh penjaga gawang. Semuanya mesti dipelototi setiap hari. Rumput yang terkelupas karena sepatu atau tendangan pemain juga mesti ditanam kembali. Tentunya dengan cinta dan displin.
Itu prosesnya. Manual. Karena kita belum punya teknologi, alat-alat otomotis seperti stadion besar tempat markas klub-klub kaya. He he he he.
Berikut adalah keseharian Lardi, tenaga honorer Kantor Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Kabupaten Lahat yang bersama dua seorang temannya mengurusi rumput dan segala macamnya di Stadion Gelora Serame. Stadion ini merupakan stadion satu-satunya di Kabupaten Lahat yang berpagar dan memiliki tribun penonton sederhana.
[caption caption="Motong rumput dengan mesin. Seminggu dua kali. Enak kan lihat rumputnya."]
[caption caption="Proses perawatan rumput"]
[caption caption="Rumput yang terkelupas oleh sepatu pemain harus ditanami lagi."]