Mohon tunggu...
OtnasusidE
OtnasusidE Mohon Tunggu... Petani - Petani

Menyenangi Politik, Kebijakan Publik dan Kesehatan Masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Gara-gara Hipoglikemia

29 Juni 2016   10:09 Diperbarui: 29 Juni 2016   10:23 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cuaca di Palembang memang bikin pengolah laku puasa Ramadhan harus pandai menahan hawa. Semua hawa, mulai  hawo nian  sampai ke hawa amarah, hawa makan, hawa haus dan hawa syahwat.

Istriku yang baru pulang dari km 32 pulang dengan naik angkutan berpendingin udara. Sampai di rumah sekitar pukul 15.15. “Hadawwww  puanas  nian” jeritnya sambil meletakkan tas ransel plus beberapa buku dan map di kursi.

Langsung  nerotot, “Dikdok –menyebut nama Exel anak bungsuku— mano? Sudah balik kuliah belum? Tadi aku line idakbales-bales. Apopaketnyo abis?” ujarnya.

“Belum,” jawabku sambil terus  melototi  foto yang aku edit.

Saking capeknya kerja, ketika istriku duduk, tak berapa lama kulihat sudah tertidur. Dengkur halusnya pun keluar.

Tak berapa lama orang yang dicari emaknya pun pulang. Exel membawa makanan berbuka, rujak mie empat bungkus, pempek kecil 30 biji, es buah empat bungkus, dan sekantong kecil kemplang  tunu.  Ni, anak pasti naik ojek. Padahal tadi aku juga sudah line kalau mau minta jemput bapak bersedia menjemput karena sudah ada di Palembang. “Bantu aku  nyiapke  untuk  buko. Ini  la  jam empat lewat,” pinta Exel.

“Oke”. Dan berbaurlah kami di dapur yang super mungil. Piring, gelas, mangkok disiapkan. Dua mata kompor pun menyala. Satu memasak air panas, satunya lagi kuali plus minyak panas untuk menggoreng pempek kecil. Sekitar pukul 17.15 segala urusan untuk berbuka selesai.

Bangunin  emak. Sudah sholat Ashar belum? Kataku. Exel pun membangunkan emaknya. Si emak pun langsung mengambil wudhu dan sholat Ashar.

Zhod si sulung juga pulang. Dia pun langsung mendudukkan pantatnya ke kursi. “Puanass  nian  hari ini. Ampun aku hari ini,” katanya. Exel yang telah menyelesaikan urusan  perbukoan  langsung nimbrung leyeh-leyeh  di kursi.

Sayup-sayup terdengar ceramah dari Musholla Nurul Huda. “Ada tiga amal yang pahalanya tidak akan pernah habis atau putus walaupun orangnya sudah meninggal, amal jairiyah, ilmu yang bermanfaat dan anak yang sholeh,” kata si penceramah.

Entah karena kelelahan karena kuliah ditambah harus mencari pesanan  bukoan  di kawasan kampusnya plus lagi suara yang terdengar sayup, membuat Exel nyeletuk. “Kawan aku Bapaknyo  namonyo  Soleh. Jadi  anaknyo  bawa amal jairiyah  dak  putus-putus yo,” kata Exel sambil  njingkrung  seperti beruang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun