Ahok emang bandul politik yang paling ditunggu. Orang menunggu Ahok selain karena petahana dan juga karena kinerjanya. Ahok dibenci tapi juga dirindu. Setelah mendeklarasikan diri pertama kali lewat jalur independen yang bikin suhu politik langsung  puanaasss, Ahok pun memilih deklarasi maju ke Pilkada DKI melalui jalur politik usai Presiden RI Jokowi mengganti beberapa anggota kabinetnya.
Sebuah pilihan yang terlihat agak  nyeleneh.  Test  the  water.  Apakah dirinya tenggelam oleh  euphoria pergantian kabinet atau dirinya justru muncul di riak-riak  icon baru kabinet, Sri Mulyani dan Archandra Tahar. Ternyata pilihan Ahok tidak menenggelamkannya di antara berita utama mengenai kabinet. Justru terlihat agak gimana gitu.
Ahok pun sepertinya lempeng didukung oleh Teman Ahok dan komponennya serta Parpol Nasdem (5), Hanura (10) dan juga Golkar (9). Tidak ada ribut-ribut mahar politik.  Bahkan di Rapimnas Golkar, Ahok mendapat tepukan tangan dari kader Golkar.  Heeemmm, sesuatu banget.  Sekali lagi pilihan Ahok ini bikin kontra Ahok meradang.  Silahkan  digoogling.
Sebagian pro Ahok dengan keputusan memilih jalur Parpol, dibuat kelimpungan layaknya kena  jab dan  swing.  Agak goyang tapi sebagian bisa mengerti. Untung tak kena  upper cut di dagu sehingga tak langsung roboh,  knock out. Untungnya lagi orang-orang pro Ahok yang limbung bukan yang  glass chin sehingga dapat bangkit.
Sandiaga Uno pun resmi diusung oleh Gerindra (15). Pilihan yang layak tanding. Dikatakan layak tanding walau awalnya tak dianggap tetapi terus berlatih dan turun ke bawah. Memperbaiki diri dan juga melatih pukulan serta mental. Akhirnya pun dinyatakan layak oleh Gerindra. Klik ini sumbernya.
Gerindra pun tak bisa sendiri. Harus berkoalisi paling tidak dengan PKS (11) yang sudah sering berkomunikasi politik. Bila terjadi koalisi maka pas, cukup untuk tanding.
Keputusan PDIP (28) memang paling ditunggu. Walau ada banyak riak-riak dan hembusan angin malam yang agak kencang tetapi sepertinya PDIP belum goyah dan menunggu keputusan dari Bu Mega untuk menentukan pilihan lawan Ahok atau dukung Ahok.
Komunikasi terakhir yang bikin agak membuat iri  plus gerah adalah ketika Ahok, Jokowi dan Bu Mega dan Puan satu mobil menuju Rapimnas Golkar. Apapun kata orang kalau dalam dunia politik artinya sudah terjadi komunikasi yang  intens  antar mereka.  Nggak mungkin  toh satu mobil  nggak ngobrol He he he he. Sumbernya ini.
Mereka yang iri dan gerah tentunya lawan politik. Loh buat apa gerah. La mereka nggak gerah malah  hangat ngobrolnya di dalam.
Bila Ahok didukung PDIP dengan tandem Djarot maka pertandingan  tinju dipastikan akan seru. Apa pasal? Pasalnya, sayang kalau PPP (10) Demokrat (10) PKB (6) dan PAN (2) yang sebenarnya bisa mengusung calon tidak mengusung. Yusril bisa dijadikan pilihan PPP, Demokrat, PKB dan PAN. Sebuah pertandingan yang layak untuk ditunggu dan disaksikan.
Kalaupun Ahok tidak didukung PDIP dan Djarot maju sebagai calon dari PDIP suasana gelanggang DKI Jakarta pun makin seru dan hingar bingar. Pertandingan dipastikan akan lebih sengit bahkan gelanggang akan menjadi sangat sempit.Â