Mohon tunggu...
OtnasusidE
OtnasusidE Mohon Tunggu... Petani - Petani

Menyenangi Politik, Kebijakan Publik dan Kesehatan Masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Collateral Damage Pelayanan Kesehatan Covid-19

14 Juni 2021   20:44 Diperbarui: 14 Juni 2021   21:41 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Bed Occupancy Rate (BOR) atau tingkat pemanfatan tempat tidur rumah sakit sudah mendekati penuh. Jumlah pasien Covid 19 yang membutuhkan perawatan juga semakin meningkat.

Para pemangku kepentingan mulai dari Kementerian Kesehatan, Satgas Covid 19, Gubernur selaku perwakilan pemerintah pusat dan bupati/walikota harus cermat berhitung dan mempersiapkan alternatif-alternatif untuk perawatan pasien Covid 19 termasuk ruang ICU untuk kegawatdaruratan.
Jawa Timur, Jawa Tengah, Jabar dan Jakarta sekarang sedang berjuang untuk menanggulangi semakin banyaknya pasien Covid 19.

Akankah pelayanan kesehatan kolaps karena meledaknya pasien Covid 19? Pertanyaan-pertanyaan tersebut menghantam kepala beberapa hari terakhir. Apalagi kalau melihat data-data dari media main stream dan covid19.go.id. Semuanya menunjukkan kenaikan yang sangat signifikan.

Tidak perlu debat lagi soal kedatangan tenaga kerja asing disandingkan dengan mudik. Tidak perlu lagi debat dengan para Social Justice Warrior yang mengkritisi soal larangan mudik. Demikian pula dengan para pemudik yang membagikan jalan tikus untuk lolos dari penyekatan. No debat pula dengan orang-orang yang tidak percaya dengan adanya Covid 19.

Sekarang adalah waktunya untuk memperbaiki "kerusakan" yang terjadi dari tidak dipatuhinya larangan mudik. Sekarang adalah waktunya memetik buah dari ketidakpatuhan atas mudik, kumpul-kumpul dan hajatan.

Mari dinikmati atas apa yang telah dilakukan. Collateral damage. Ini bukan operasi militer tetapi akibat sipil mencari celah yang mengakibatkan rusaknya sistem dan membawa korban jiwa dari orang-orang yang seharusnya tidak menjadi korban dari penyebaran Covid 19.

Kluster hajatan di Lamongan mengakibatkan 100 orang terpapar COVID-19. Sebanyak 9 orang meninggal dunia. Desa Sidodowo Kecamatan Modo itu akhirnya lock down dua minggu. Di Madiun, warga dua RT batuk dan pilek usai hadiri acara nikahan ketika di tes antigen 66 orang positif. Langsung lock down.

Di Bangkalan Madura kompas.id melaporkan, lonjakan kasus masih tinggi ada penambahan 490 pasien Covid 19. Sejak delapan hari terakhir kematian akibat Covid 19 juga tinggi.  Secara rerata harian, jumlah pasien bertambah 61-62 orang dengan kematian 5-6 orang. Kepala RSUD Syarifah Ambami Rato Ebu Bangkalan Nunuk Kristiani menyebut di Bangkalan banyak sekali terjadi klaster keluarga. Di keluarga itu ada yang meninggal 2-3 itu banyak terjadi.

Di Kudus sebanyak 83 persen dari 2.181 pasien Covid 19 merupakan Varian Delta. Varian yang perlu mendapat perhatian lebih karena penularan yang cepat dan bisa membahayakan mereka yang memiliki penyakit bawaan. Kudus menjadi daerah yang paling banyak pasien Covid 19 di Jawa Tengah.

Daerah-daerah penyangga pun membangun rumah sakit lapangan untuk mengurangi beban di Kudus dan di Bangkalan. Rumah Sakit Lapangan TNI Indrapura di Surabaya dan Rumah Sakit Lapangan TNI di Solo sudah mengurangi beban rumah sakit di Kudus dan Bangkalan.

Tanggal 13 Juni 2021 kompas.id melaporkan Rumah Sakit Lapangan Indrapura hampir penuh. Antisipasi untuk pengurangan beban harus segera dipikirkan dan dilaksanakan secepatnya agar tidak menimbulkan masalah baru. Kepanikan di masyarakat.

Apalagi ada 103 tenaga kesehatan Puskesmas dan 28 tenaga kesehatan di RSUD Bangkalan  terkonfirmasi positif Covid 19. Dinas Kesehatan Kabupaten Kudus melaporkan ada 358 tenaga kesehatan dan 30 dokter terpapar Covid 19.

Panikkah? Paniklah kalau tenaga kesehatan dan dokter saja sudah terpapar, mau berobat ke mana lagi yang sakit non Covid 19 dan Covid 19. Bisa kolaps kalau tidak ada kolaborasi pembagian beban rumah sakit perawatan Covid 19.

Kolaborasi ini diharapkan dapat menekan kematian pasien Covid 19 yang mengalami kegawatdaruratan. Kolaborasi juga menunjukkan lintas sektoral memiliki tujuan yang sama yaitu menyelamatkan nyawa manusia. Manajemen dan jiwa kepemimpinan akan terlihat di situasi yang butuh kecepatan dan juga kerendahan hati untuk saling menolong.

Tidak hanya Jawa Timur dan Jawa Tengah tetapi juga Banten, Jawa Barat dan DKI Jakarta terjadi peningkatan pasien Covid 19 pasca lebaran. Kenaikannya signifikan. Daerah lain seperti di Riau, Kepulauan Riau, Sumatra Selatan, Sumatra Barat dan Aceh pun naik lumayan tinggi (Harian Kompas hal. 1. 9/6/2021).

Mari bersama-sama menekan laju penularan Covid 19. Satgas Covid 19, eksekutif dan juga penegak aturan Covid 19 tidak bisa sendirian. Butuh kerjasama semua sektor. Akhirnya semua berpulang lagi kepada masyarakatnya.

Terkadang ada yang memuja dan memuji keberhasilan negara lain dalam mengatasi Covid 19. Bisakah masyarakat diatur mengikuti gaya negara lain? Ah. Sudah lah. Mari  atasi Covid 19 dengan gaya Indonesia. 

Mari jogo tonggo. Mari bantu tetangga sebelah yang sedang sakit. Mari tegakkan Prokes (jaga jarak, pakai masker dan rajin cuci tangan). Mari tetap di rumah saja kecuali memang ada keperluan yang sangat mendesak.

Jangan sampai pelayanan kesehatan terkena collateral damage. Mereka yang semestinya merawat mulai dari tenaga kesehatan, dokter dan tim penunjang medis jadi terkena juga alias ikut dirawat. Jika banyak, pelayanan kesehatan akan ambruk.

Salam Kompal

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun