Walaupun terkadang, ketika mudik ada juga yang bermodal pas. Pas sampai dan pas untuk balik lagi. Pas pulang balik bawa oleh-oleh. Jadinya untung. Bagi keluarga dekat yang didatangi oleh para pemudik ada semacam kebahagiaan tersendiri untuk dapat memberikan oleh-oleh kepada pemudik begitupun sebaliknya kalau ada.
Bagi yang tidak lolos mudik atau memang memilih untuk tidak mudik, lebih baik teleponlah orang-orang yang dicintai.Â
Mintalah maaf dan katakan sayang dan cinta pada orang tua, istri, suami atau anak. Katakan kangen untuk keluarga dekat. Hanya suara.Â
Biarlah suara dan otak yang bermain membayangkan ketulusan dari ucapan sayang, cinta dan kangen. Kalau sampai menitikkan air mata atau menangis menangislah. Biasanya semua menjadi ringan setelahnya.
Bagi yang lolos bisa mudik. Bersyukurlah. Isolasilah selama sekitar 5-6 hari lebih baik adalah 14 hari karena itulah masa inkubasi virus (2). Jika ada demam, batuk, dan sesak nafas melaporlah ke kadus, ataupun ke kepala desa atau ke perangkat rukun tetangga.
Jangan langsung berkumpul dengan keluarga. Jika ternyata pemudik adalah orang tanpa gejala, maka duka dipastikan akan menyelimuti. Keluarga dekat terancam kesehatannya bahkan nyawanya oleh kedatangan pemudik yang tanpa sadar menulari orang-orang yang disayangi, dicintai dan dikangeni.
Video yang dibagikan oleh musisi Adie MS di akun Twitternya kiranya dapat menjadi pembelajaran (3). Semoga juga yang membuat video tersebut disehatkan demikan pula dengan keluarganya. Amiiin.
Covid 19 nyata adanya. Mengapa masih ada yang membantahnya? Mengapa masih ada yang menjerumuskan untuk menantang Covid 19? Mengapa disebut menantang, sudah tahu nyata, tetapi di suatu tempat malah diminta untuk tidak memakai masker. Sudah nyata adanya, malah disuruh untuk mudik. Tidak mudik memang tidak akan menghilangkan Covid 19.Â
Kalau memilih mudik, Covid 19 tetap ada, tetapi kalau Anda pembawa virus maka keluarga akan terancam kesehatan dan nyawanya. Jika tidak mudik paling tidak sudah menjaga orang-orang tercinta, terkasih di desa, dusun tidak tertular.
Mari belajar dari kasus tsunami Covid di India mulai April dan Mei lalu (4). Rumah sakit kolaps akibatnya banyak pasien Covid 19 tak tertolong. Kremasi terpaksa dilakukan tidak hanya di rumah kremasi tetapi juga di taman dan di pinggir jalan.
Memang banyak faktor penyebab untuk terjadinya tsunami Covid 19, tetapi kerumunan dan abai dengan protokol kesehatan merupakan salah satu kunci tsunami Covid 19.Â