Mudik adalah kebutuhan rohani. Dua lebaran sudah Covid 19 menemani. Ada begitu banyak duka dan suka lebaran dengan Covid 19.
Beberapa teman masih sempat tugas bersama mengarungi Jalan Lintas Sumatra hari Minggu malam hingga Jumat sore. Kini mereka ada yang telah tiada. Covid 19 menjadi pemicunya. Ada yang masuk rumah sakit hari Sabtu terkabar Senin sudah meninggal. Ada yang masuk tengah bulan, akhir bulan dikabarkan meninggal.Â
Bersyukur masih bertahan tidak ngumpul tahun ini, walau terkadang sudah lelah. Ada teman yang memilih istirahat hidup dari tabungan dan kerja bantu istri kerja dari rumah. Ada juga yang masih bertahan mengukur jalan hingga ke perbatasan Sumatra Selatan.Â
Covid 19 merengut nyawa teman dan orang-orang yang dikasihi. Ada yang marah, ada yang kesal. Bahkan ada yang mengeluarkan sumpah serapah kalau dirinya dicovidkan. Padahal kalau bertanya langsung ke dokternya dengan kepala dingin semua menjadi jelas. Bukan dengan membawa bingkai pengetahuan Covid 19 yang salah kemudian dikonfrontasi dengan dokter yang merawat.
Ada yang percaya. Ada yang goyah kepercayaannya. Ada yang memang tidak percaya. Ada yang tidak percaya tetapi mengajak orang lain untuk tidak percaya. Ada juga yang tetap percaya bahkan lebih waspada dan meningkatkan diri untuk menegakkan protokol kesehatan.
Semua berbaur dalam miliaran informasi yang berseliweran di media sosial dan di pasar serta pusat perbelanjaan. Semua menyerbu otak sehingga akhirnya meledak. Bingung mengambil keputusan.
Paling bingung ketika ada video di media sosial memprovokasi agar tidak memakai masker dan juga meminta untuk menerobos penyekatan mudik. Tujuannya apa? Lantas kalau terjadi lonjakan kasus bagaimana? Politik dan Covid 19 serta kepentingan tertentu berbaur.
Faktanya, ada kecenderungan peningkatan penderita Covid 19 menjelang Lebaran. Peningkatannya sangat siginifikan. Kompas.com membeberkan tanggal 10 Mei ada penambahan pasien positif sebanyak 4.891 orang dalam 24 jam terakhir. Jumlah kasus Covid 19 totalnya mencapai 1.718.575 orang sejak kasus diumumkan 2 Maret 2020 (1)
Harian Kompas (10/5) di halaman 1 memberi judul jelas, Varian Baru Sars Cov-2 dari India Mulai Mendominasi. Terpantau di Jakarta 7 Januari, 8 dan 12 Januari di RSUP Mohammad Hoesin Palembang, 14 dan 15 Januari di BBLK Palembang, lebih lengkapnya lihat foto di atas.
Larangan mudik, penyekatan agar mudik tidak terjadi. Media sosial dan televisi pun plus media cetak juga sudah secara jelas dan terang agar tidak mudik di lebaran tahun ini dengan dasar lonjakan kasus positif Covid 19 dan mengurangi penularan.
Dorongan untuk mudik adalah kebutuhan rohani. Ketika bahagia melihat orangtua, keluarga dan keluarga dekat, hormon kebahagian mengalir ke seluruh tubuh. Tubuh menjadi ringan. Beban hidup yang selama ini menggelayuti menjadi terlupakan sesaat. Energi baru untuk menjalani tantangan hidup mengalir.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!