Lupa diri. Ya, kamu lupa diri. Lupa diri kalau dirimu itu harus ingat diri. Jangan sampai lupa diri. Kalau kamu lupa diri artinya kamu mabuk.
Tahu kan kalau orang mabuk. Orang mabuk itu, tidak tahu dengan apa yang diperbuat. Orang mabuk itu berani. Berani, tapi berani tidak bertanggung jawab karena tidak tahu apa yang diperbuat.
Kalau mabuk jangankan untuk bekerja, mengingat nama sendiri saja kemungkinan tidak tahu. Bahasa anak muda dulu, sekarang sudah tua tentunya, rusak sekaset. Hanya ada cacat sedikit di pita kaset, di sebuah lagu, kalau tidak cepat dipotong maka bisa merusak kaset, ke lagu lainnya.
Walau demikian jangan negatif dulu dengan julukan mabuk. Mabuk cinta, misalnya. Maka yang ada di kepalanya adalah sang kekasih. Nelpon sehari, bisa berkali-kali. Kirim WA jangankan berkali kali bahkan setiap menit.
Orang dimabuk cinta itu untuk jenis pekerjaan tertentu yang menggunakan kreatifitas pikiran, bisa jadi semacam booster untuk menjadi lebih kreatif. Namun, untuk pekerjaan tertentu yang membutuhkan konsentrasi fisik yang tinggi bisa sangat membahayakan diri sendiri dan rekan kerja.
Orang lupa diri atau orang mabuk itu bisa mengganggu tempatnya bekerja. Orang tersebut bisa mempengaruhi rekannya atau bahkan bisa membuat temannya yang tidak suka dengannya menunjukkan ketidaksukaan. Konflik dalam organisasi.
Manajemen perusahaan jelas tidak mentolerir duri dalam daging. Tidak jalan usaha. Budaya perusahaan bisa rusak. Tujuan dan nilai-nilai perusahaan rusak.
Jelas 100 persen orang lupa diri atau orang mabuk itu ditendang dikeluarkan dari tempat kerja. Apalagi kalau budaya perusahaan menjunjung tinggi sifat-sifat universal kemanusiaan.
Sebagai karyawan sebuah perusahaan tentunya harus menjunjung nilai-nilai perusahaan. Menghormati pengunjung yang datang, apapun gayanya. Bahkan untuk menegur ataupun untuk mengusir pengunjung juga ada aturannya. Ada supervisor.
Karyawan harus bisa menahan diri untuk menikmati pengunjung. Di situlah tantangannya. Menikmati dalam memberi pelayanan ke pengunjung, itu yang terbaik. Menikmati memberikan pelayanan, bukan menikmati tubuh dan gaya pengunjung.
Jangan mengumbar kelupaan, lupa diri, kemabukan ke publik. Kalau itu namanya rusak sekaset.
Salam Kompal