Seorang teman diminta untuk mencuri centong nasi dari keluarga yang memiliki anak laki-laki. Centong nasi dari kayu itu syarat untuk mendapatkan anak laki-laki. Teman saya itu sudah memiliki dua anak perempuan dan ingin anak laki-laki. Benar atau tidak itu sudah dilakukan oleh teman saya. Mencuri, ia mencuri. Mengambil barang milik orang lain tanpa izin.
Mau anak laki-laki, datangilah istri dari sisi kanan dan miring ke kanan saat berhubungan intim. Mau anak perempuan, datangilah istri dari sisi kiri dan miring ke kiri saat berhubungan intim. Benar atau tidaknya, tetapi itu sering di sampaikan oleh kaum lelaki atau perempuan ketika ngobrolin jenis kelamin anak di warung kopi.
Semua itu sudah tertanam dalam benak orang. Hal itu bisa terlontar begitu saja ketika ngobrol dengan teman. Artinya hal itu sudah menjadi kepercayaan dari masyarakat. Suka atau tidak suka. Mencuri centong yang sudah pasti dilarang oleh hukum dan juga dilarang oleh agama. Apa nggak keblinger.
Mendatangi istri okehlah. Persolannya kalau ternyata kamarnya sempit dan tempat tidurnya mepet ke dinding kamar. Haruskah menggeser tempat tidur dulu sebelum berhubungan intim agar sesuai dengan jadwal kedatangan?
Bukan hanya persoalan pemilihan jenis kelamin tetapi untuk mendapatkan seorang anak bagi keluarga tertentu butuh perjuangan. Perempuan atau istri terkadang menjadi korban terlebih dulu untuk melakukan hal-hal yang bikin geleng kepala.
Seorang yang baru kerja dan sudah lebih 3 tahun menikah, harus meminum obat, suplemen dari luar negeri seharga dua juta rupiah untuk 30 hari dan harus diminum selama 4 bulan. Tanggal-tanggal masa subur ditandai dan harus berhubungan intim.
Ada lagi teman perempuan yang mesti minum air rebusan pinang muda. Di masak dengan dua gelas air hingga airnya menjadi satu gelas. Rasanya sungguh menawan. Mabok.
Mau melawan, jangan! Â Itu tekanan keluarga besar.
Kenal dengan tauge atau kecambah? Ini pengakuan jujur. Kata temanku dia diminta keluarga termasuk suaminya untuk makan tauge mentah dan sambal terasi. Sang suami nggak makan tauge yang makan tauge hanya sang istri. Bagaimana asikkan?
Begitulah kisah-kisah. Setelahnya, membuat senyum. Mesakke. Sedih. Â Bahkan itu terkadang membuat trauma. Jadinya ya gitu. Rasanya rame.
Pertanyaannya adalah kenapa tidak dilakukan terlebih dulu pemeriksaan tingkat kesuburan masing-masing. Pria diperiksa spermanya. Hal yang sama juga mesti dilihat pada perempuan, sel telur dan juga pada sistem reproduksinya. Perempuan itu kompleks. Kalau ternyata pria yang bermasalah maka pria yang mesti berjuang untuk diobati. Kalau ternyata perempuan yang bermasalah maka perempuan yang mesti diobati.