Beberapa orang terlihat dari tikungan sungai, melewati pondok sambil menyapa nama lelaki, suaminya. Mereka membawa kinjar dan peralatan kebun lainnya. Jembatan gantung yang kemarin sepi, pagi ini lumayan banyak orang yang lewat.
"Kita pulang hari ini," kata si lelaki. "Aku belum beli tiket pesawat," kata si perempuan. "Go show".
Semuanya jadi terasa dekat dan enteng kalau dibandingkan kemarin. Mobil yang mengantarkan kemarin ternyata masih menunggu di tempat yang sama. "Bandara," dan sang sopirpun langsung berangkat.
Kami memilih duduk di belakang  pick up.  Sang istri baru sadar kalau sudah dikerjai oleh sang suami. Titik akhir sinyal adalah di tempat mobil menunggu. Istripun menendang kaki suami. Menarik-narik baju suaminya. "Kejam kau perlakukan aku seperti ini. Kalau aku mati karena  aritmia  cak  mano," teriaknya.
Pelukan erat sang suami akhirnya meredakan amukan istri. Suami tahu satu waktu dirinya pasti akan dibalas dan hukuman dari pelanggaran komitmen pasti ada. Perempuan ini sangat mencintainya. Dalam hati sang suami bersyukur pada Tuhan dan akan menjaga diri dan hatinya hanya untuk perempuan yang sudah memberikan tiga mata dan nekat mencarinya di Bukit Barisan Sumatra.
"Kamu dua kali O ya pagi tadi," kata suaminya sambil tersenyum. Tidak ada jawaban. Hanya cubitan diperut sang suami.
Salam Kompal
Salam dari Puncak Bukit Barisan Sumatra
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H