Dulu sekali ketika masih kuliah dan sedang menyelesaikan skripsi, awak dibuat kalang kabut. Pasalnya awak diultimatum ubak dan umak di dusun kalau semester ini tidak lulus alias tidak selesai kuliah, ubak dan umak tak kirim wesel lagi untuk bayar kuliah. Hampir lima tahun dan bisa jadi awak mahasiswa abadi.
Walau untuk sehari-hari, makan sudah aman karena kerja sambilan, bantu-bantu di sebuah lembaga di universitas tetapi masih butuh pula kiriman dari dusun untuk jaga-jaga. Kerja serabutan apa saja yang penting bisa bertahan hidup.
Untungnya awak dulu tidak pernah menyalahkan pemerintah, dulu Orde Baru. Tak malu kerja di kampus. Nyapu kantor ataupun terkadang membelikan nasi bungkus untuk dosen-dosen. Semua masih naik angkot dan juga ditambah jalan kaki. Belum ada go food dulu.
Untungnya, aku di lembaga bertemu dengan dosen-dosen yang baik hati dan mau berdiskusi apa saja. Mau pula meminjamkan buku-bukunya mengenai politik dan kebijakan publik serta kesehatan. Buku yang membuatku tertarik kufotokopi. Sosiologi, antropologi, politik, kebijakan publik dan public health adalah buku-buku yang membuatku gila. Semuanya dalam Bahasa Inggris.
Ketika membuat skripsi awak diizinkan kepala lembaga, menggunakan komputer lembaga dengan catatan kertas bawa sendiri kalau mau ngeprint. Komputer itu barang mahal. Bisa ngetik pakai komputer dulu itu sebuah kemewahan.
Berjibaku di lapangan untuk pengambilan data kualitatif dan juga data sekunder. Beruntung pula buku-buku yang kusukai ternyata banyak pula yang mendukung penelitian. Walau Inggrisku patah-patah tetapi makna dari tulisan itu masih bisa diterjemahkan. Khusus untuk kasus-kasus tertentu terus terang aku minta tolong dengan dosen-dosen yang baik hati itu untuk memeriksa terjemahanku.
Ujian skripsi akhirnya kujalani. Ada dua dosen penguji yang menanyakan mengenai buku-buku yang kukutip. Apakah benar buku itu ada atau aku hanya mengutip dari buku orang lain dan seolah-olah aku yang baca buku tersebut. Buku-buku yang kukutip kemudian ditanya keberadaannya. Bila di rumah/kost, akupun diberi waktu untuk mengambilnya.
Beruntung, sehari sebelum ujian skripsi, buku-buku dan data-data penelitian skripsi kusimpan di lembaga. Bahkan waktu itu, aku dikasih pinjam oleh lembaga untuk memakai notebook yang ada trackball sebelum mouse ada untuk mengetik dan menyimpan data penelitian skripsiku.
"Ini baru jujur," kata salah seorang dosen penguji. Ternyata mereka hanya ingin melihat kejujuran mahasiswanya yang mendekati proses menjadi mahasiswa abadi.