Terus terang waktu itu, aku makan memilih yang tak terkena sambal lado. Cuma mau bagaimana lagi, karena diletakkan di tengah pastinya kena sambal dan minyak sambel lado.
Aku sudah kepedasan. Aku yang sengsara menghabiskan ayam panggang pun akhirnya menuntaskan tugas melahap nasi dan lauk. Kaki kupu-kupu pun tersenyum.
Di bawah Jembatan Ampera ketika pulang tugas, si kaki kupu-kupu mengucapkan terimakasih sudah mencicipi nasi yang pedas. Aku tersenyum.
Aku pun mengucapkan hal yang sama padanya mengucapkan terimakasih sudah mencicipi nasi yang tidak pedas. Kami semua tertawa.
Bagi si kaki kupu-kupu, jelas tersiksa makan nasi rendang nggak pedas. Sebaliknya bagi aku, tersiksa makan ayam panggang pedas.
***
Makan bareng merupakan obat rindu kami berdua. Jadi membawa nasi sebungkus dua lauk itu tidak mudah. Butuh skill kalau naik motor untuk ke lokasi tugas di Pantai Timur Sumatra. Jatuh terpeleset dan terjebak di kubangan nggak apa-apa asal nasi bungkus selamat.
Pada akhirnya ketika tubuh belepotan dengan tanah dan pakaian kotor malah menjadi obat rindu yang sangat dirindukan bagi kaki kupu-kupu. Bagiku belepotan dan berjuangan untuk sampai ke lokasi merupakan kebahagian.
Loh, Â apa nggak bahagia ketika datang dan dia, dengan senyum lesung melentingnya menyambut sambil berjas dan terkadang malah sedang memakai handscoon yang lupa di lepas usai melayani pasien. Si kaki kupu-kupu tidak pernah melihat nasi bungkusnya tetapi dia selalu melihat proses nasi bungkus itu sampai di lokasi tugas.
Sambil berdiri di depan pintu ruang kerjanya, perintah pertamanya adalah mandi dulu. Rekan kerjanya pun biasanya tertawa ngakak melihat aku datang berlumpur. Kalau musim panas berganti, muka penuh debu demikian pula dengan jaket yang sudah tertutupi debu.
***