"Eehm... ehm..." Â aku sumringah.
 "Jadi aku mau minta bantuanmu. Kami akan melakukan pengobatan dan sunatan massal. Bantu aku publikasi di tabloid kampus ya."
Prameshwari terus berjalan, dia tidak menunggu jawaban persetujuanku, seolah dia yakin aku takkan mungkin menolak permintaannya.
"Datanglah besok pagi. Pulanglah hati-hati. Aku menunggumu".
***
Pagi itu aku bangun dan seperti biasa deretan kamar kos di tepi Sungai Sahang terusik gelegar lagu dangdut yang diputar Santi penjaga warung. Usai mandi dan berpakaian aku langsung ke kamar Gung. Lelaki berambut lurus itu ternyata sudah bangun dan sudah membuka pintu kamar agar sejuk pagi masuk ke kamar.
"Kuliahkah hari ini?" tanyaku. "Aku menyelesaikan tugas penelitian ilmu politik. Ini harus diketik". "Oooo," kataku sambil tanganku diam-diam mengambil kunci motor dan keluar.
Ketika motor RX King Cobra sudah meraung, Gung baru tersadar tetapi tak bisa menghentikan tarikan gas sang Cobra yang melesat cepat. Sayup terdengar. "Hoiiiii. Isi bensin kalau abis pake".
***
Para koas terlihat sudah menyusun meja. Mereka membuat alur pelayanan, mulai dari pendaftaran, pemeriksaan, dan pengambilan obat. Prameshwari terlihat sedang menyusun obat-obatan. Aku mendekatinya dan langsung ikut menyusun obat-obatan sambil mengucapkan selamat pagi.
Ketika tanganku dan tangannya berdekatan. Terlihat sangat kontras. Tanganku hitam dan tangannya putih. Akupun langsung menarik tanganku. Prameshwari pun tertawa melihat tingkahku.