Para petani kopi di Lahat sebelum lebaran sempat menikmati harga kopi Rp 21.500 perkilogramnya. Setelah lebaran harganya turun tajam menjadi Rp 17.000 per-kilogram. Kondisi ini membuat petani kopi di Lahat pun menjadi kecewa. Para petani berusaha untuk menjual kopi pada harga tinggi tetapi hal tersebut tak terkejar karena kopi masih basah pada saat sebelum lebaran.
“Saat ini ya kecewa. Sebelum lebaran harganya masih di kisaran Rp 20.500 sampai Rp 21.500. Sekarang harganya anjlok jadi Rp 16.500 sampai Rp 17.000,” kata Santoso petani di Kecamatan Gumay Ulu, Kabupaten Lahat.
Gumay Ulu merupakan salah satu daerah penghasil kopi di Lahat, selain Jarai, Pajar Bulan, Muara Payang, Tanjung Sakti Pumu dan Tanjung Sakti Pumi. Hampir seluruh kecamatan di Lahat menghasilkan kopi tetapi penghasil terbesar memang di daerah-daerah tersebut.
Yusran petani kopi di Jarai mengungkapkan sebelum lebaran harga kopi mencapai Rp 21.500. Petani pun lalu berusaha memanen biji kopi untuk mengejar harga yang tinggi ini. Tetapi, usaha tersebut tak terkejar.
“Pengeringan yang masih tradisional mengandalkan sinar matahari sehingga untuk membuat kopi kering membutuhkan empat sampai tujuh hari. Jadinya ya tak terkejar. Petani itu sadar harga kopi naik itu cepat turunnya. Jadi dikejar. Tapi mau bagaimana lagi? Inilah nasib petani kopi,” kata Yusran.
Datanglah ke kebun kopi. Apalagi ketika pohon kopi masih berbunga. Semerbak mewangi keluar dari bunga-bung kopi yang putih merekah. Sayangnya, harga kopi tidak sesemerbak bunga di kebun kopi.
Lets check it dot.
Salam KOMPAL
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H