Desa Kediri Kecamatan Gadingrejo Kabupaten Pringsewu berjarak sekitar 30 km dari Universitas Lampung. Pada tahun 2012 warga Desa Kediri mendapat  bantuan 30 ekor sapi dari  Dinas Peternakan Kabupaten Pringsewu sesuai dengan proyeksi kabupaten sebagai penyedia sapi bibit. Dengan modal sapi-sapi pribadi, 30 warga ikut masuk dalam binaan program sapi bibit ini, sehingga saat ini total terdapat 60 ekor sapi yang diproyeksikan melahirkan sapi-sapi bibit. Selain sapi binaan tersebut, masih terdapat sapi-sapi warga sehingga sekitar 90% dari warga desa memiliki sapi (Sani, 2013).
Sebelum program ini berjalan, masyarakat setempat belum memikirkan dan belum tahu cara mengelola kotoran sapi yang baik. Kotoran sapi hanya dibuang/ditumpuk  di sekitar kandang sehingga timbul bau dan lingkungan yang kurang sehat. Setelah beberapa bulan  kotoran sapi tersebut  baru dibawa ke sawah.Â
Tim pengabdian masyarakat Universitas Lampung masuk ke desa Kediri mulai tahun 2013, Â melakukan pendampingan pengelolaan kotoran sapi menjadi biogas dengan program IbM tahun 2014 dan 2015 dengan dukungan dana dari Kementerian Pendidikan Tinggi (Fajriyanto dan Damayanti, 2014 ; Ginting, S., dkk., 2015).Â
Pada program tersebut dilakukan edukasi kepada masyarakat sehingga masyarakat sadar akan potensi kotoran sapi yang dimiliki, yang bisa diolah menjadi biogas dan bioslurry. Selain itu dilakukan pula pelatihan pembangunan digester biogas tipe fixed dome dan pemasangan instalasi kompor biogas untuk memasak dan lampu biogas untuk penerangan serta tata cara pengoperasiannya.Â
Dengan 2 skim IbM di atas dapat terbangun 3 buah digester biogas berkapasitas 4 m3 dan 10 m3 di kandang perseorangan serta 12 m3 di kandang terpadu yang biogasnya dimanfaatkan sebagai bahan bakar memasak, penerangan rumah saat listrik padam, dan penerangan kandang untuk 6 rumah tangga. Masyarakat sangat antusias dengan program-program ini setelah merasakan manfaatnya, dimana warga yang memiliki biogas sudah tidak perlu lagi menggunakan kayu ataupun membeli elpiji setiap bulannya dan mendapat penerangan dari lampu biogas saat listrik padam.
Pada tahun 2016 melalui program KKN-PPM yang pendanaanya didukung oleh Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan tinggi dibangun lagi 2 digester biogas dengan kapasitas 10 m3 yang digunakan untuk 6 rumah tangga, baik untuk memasak maupun penerangan (Damayanti dan Nawansih, 2016). Melihat keberhasilan program pengelolaan kotoran sapi menjadi biogas ini, Pemerintah Daerah Pringsewu pada tahun 2016 dan 2017 ikut mendukung pendanaan pembangunan 4 digester biogas kapasitas 10 m3. Â
Pada tahun 2018 Desa Kediri mendapatkan pendampingan lagi melalui skim Program Pengembangan Desa Mitra (PPDM) dari Kementerian Riset dan Teknologi Pendidikan Tinggi (Ginting S, Damayanti, Nawansih dan Hudaidah, 2018) dan menambah dua digester kapasitas 12 m3 .Â
Dengan demikian saat ini sudah terbangun 11 digester, sehingga dari total 20 digester yang direncanakan dibangun di Desa Kediri sesuai dengan peta sebaran digester, berarti masih diperlukan 9 digester lagi agar hampir semua peternak di desa ini dapat menggunakan biogas untuk memasak dan penerangan saat listrik padam (mandiri energi).
Dengan demikian bila dikelola dengan baik potensi sumber daya yang ada dalam hal ini kotoran sapi yang ada di Desa Kediri, bersama-sama dukungan berbagai pihak maka dapat terwujud Desa Mandiri Energi sekaligus Desa Mandiri Pangan Organik.
Penulis : Tim Pengabdian kepada Masyarakat (Ginting, S dkk)